Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Essien ke Persib karena Tak Laku di Eropa, "Kumaha Eta?"

Diperbarui: 17 Maret 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Essien hebohkan berita dunia karena memilih Persib (Tribun-Jatim.com)

Kabar kedatangan Michael Essien ke Persib Bandung tak hanya menjadi berita besar media-media dalam negeri. Berbagai media besar dunia pun tak ketinggalan mengekspose hijrahnya pemain yang terbiasa dengan kompetisi elite Eropa ke negeri yang masih "senen-kemis" dalam urusan sepak bola.

Daily Mail, BBC, dan berbagai media papan atas internasional menjadikan topik keputusan Essien berlabuh ke Indonesia sebagai bagian berita yang tak boleh ketinggalan.

Media-media itu relatif memberikan apresiasi memadai atas keputusan Essien. Ia dinilai bisa menjadi motor untuk membawa ruh sekaligus inspirasi untuk kehadiran sensasi sepak bola lebih bergengsi dan tidak setengah-setengah.

Persib pun dinilai cukup berani, mendatangkan pemain yang memiliki reputasi tinggi di tengah suasana persaingan sepak bola nasional yang sarat ironi.

Sikap Essien yang tak merasa rendah diri berkiprah di kompetisi yang terbilang jauh di bawah Liga Jepang dan Liga Cina, misalnya, dinilai sebagai sebuah "pengorbanan" besar. Ia diibaratkan pendekar sakti yang terbiasa bertarung di tengah pendekar pilih tanding, turun ke perguruan silat yang belum ternama.

Entah pengibaratan itu berlebihan, tapi keputusan Essien berada di salah satu klub Indonesia memang bisa mendatangkan bermacam tafsiran. Tapi berbagai media meyakini akan ada tren baru terbangun di sini dari kedatangan Essien yang pernah meraih gelar Liga Primer hingga Liga Champions--kompetisi puncak untuk klub-klub elite Eropa.

Essien bisa memunculkan perspektif baru dunia atas sepak bola Indonesia, juga sudut pandang baru publik sepak bola dalam negeri; bahwa iklim sepak bola nasional sedang di jalan menuju perkembangan yang berbeda dari sebelumnya.

Seperti diketahui, di Asia belakangan ini, klub-klub yang terbilang berani merekrut pemain kelas dunia itu berkutat di dunia negara. Jika bukan Jepang, maka Cina.

Apalagi di Asia Tenggara, label sebagai negara-negara Dunia Ketiga yang dinilai akrab dengan keterbelakangan kerap menjadi tembok penghalang tersendiri. Seorang pemain bisa merasa "turun kelas" jika berkiprah di kawasan ini, dan lebih mengenaskan karena tak banyak taipan yang berani mengucurkan uang, setidaknya untuk menggaji pemain kelas dunia.

Katakanlah sebuah klub bisa merekrut pemain berstatus bebas transfer, tapi besarnya gaji mereka yang mencapai miliaran acap membuat sebagian besar investor Asia Tenggara berpikir seribu kali.

Jangan heran jika sebagian investor, pemilik modal, di Asia Tenggara--terutama Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Indonesia--lebih memilih invest di klub liga-liga besar Eropa sekalian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline