Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Beyond Blogging, Kompasiana versus NowPublic yang Tinggal Sejarah

Diperbarui: 5 Januari 2017   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekuatan sharing connecting - Gbr: FB Pepih Nugraha

Ada peribahasa memikat yang sangat saya sukai, yang berbunyi; making a big life change is pretty scary. But, know whats even scarier? Regret! Jika diterjemahkan secara kasar saja, maka bisa bermakna bahwa memilih untuk melakukan perubahan besar itu terkadang menakutkan, tapi ada lagi yang lebih menakutkan dan itu adalah penyesalan.

Ya, peribahasa itu berkelebat lagi di benak saya saat sosok Iskandar Zulkarnaen yang kini dipercaya sebagai leader di media "keroyokan"--istilah populer di  kalangan penggunanya--mengumumkan  Kompasiana mengubah visinya dan terlihat dari moto yang kini dipegang. Bukan lagi "Sharing and Connecting", melainkan lebih simpel lagi. Hanya dua kata, Beyond Blogging!

Berada di media tersebut sejak 17 September 2009 dan telah menulis lebih dari 800 artikel seraya menyimak perubahan demi perubahan, mengantarkan saya  pada kesimpulan; perubahan itu sendiri telah identik dengan Kompasiana.

Ini tak hanya pergantian tongkat kepemimpinan dari Pepih Nugraha kepada Iskandar, sebab jauh sebelum itu telah banyak perubahan dilakukan media komunitas di bawah Kompas Gramedia ini. Dan, perubahan demi perubahan itu juga yang tampaknya membuat Kompasiana acap menuai pujian dan mendapatkan berbagai penghargaan.

Dari semua penghargaan itu, yang paling bergengsi dapat ditunjuk ke PAsian Digital Media Awards pada 2010, untuk kategori Best in Digital Content-User Generated Content WAN-IFRA. Ini tentu saja bukan hanya kebanggaan milik pengelola atau perusahaan yang menaungi mereka, tapi para penulis di Kompasiana ini pun turut kecipratan kebanggaan itu.

Bagaimana tidak, WAN-IFRA itu sendiri telah terkenal luas sebagai tempatnya surat kabar dan usaha penerbitan dunia bernaung. Dan, dapat ditebak, untuk dapat diganjar dengan penghargaan itu, Kompasiana harus menyisihkan media-media lain yang juga menganut platform sejenis.

Sejak penghargaan bergengsi itu diraih, Kompasiana masih terlihat rajin melakukan perubahan. Terkadang terkesan mendadak, terkadang terkesan disengaja untuk dijadikan kejutan. Tak selalu menuai apresiasi sepadan, sebab acap kali juga menuai kritikan pedas atau bahkan kejam. Tapi hal-hal seperti itu  tak membuat para pengurus Kompasiana berhenti mencari formula terbaik.

Kemunculan slogan baru "Beyond Blogging", satu sisi terkesan menepikan nilai yang pernah terbangun di lingkungan Kompasiana--terutama para penggunanya. Sekali lagi, itu hanya kesan.

Pasalnya, ada pesan penting dari slogan sebelumnya, "Sharing and Connecting" bahwa di Kompasiana siapa saja dapat berbagi; lewat pikiran, pengalaman, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan dunia blogging. Sekaligus, di sana juga memunculkan sugesti bahwa Kompasiana tidak membatasi siapa akan terhubung dengan siapa.

Ada magis dari slogan lama tersebut, dari anak remaja yang kesulitan dengan pendidikannya ada yang pernah terbantu oleh salah satu petinggi lembaga negara sekelas Dewan Perwakilan Rakyat. Ada juga komunitas-komunitas yang lahir, entah lewat kesamaan hobi seperti fotografi, film, atau bahkan buku.

Di komunitas-komunitas yang memang lahir dari para pengguna Kompasiana itu, keakraban satu sama lain jadi lebih terbangun. Tak ada sekat, tak ada diskriminasi, semua menyatu dan berbaur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline