Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Usai Dipecat, Fahri Meratapi Kursi atau Rakyat?

Diperbarui: 5 April 2016   03:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bukan tak mungkin, yang terjadi pun tak lepas dari doa rakyat - Gbr: KOMPAS.com"][/caption]Ada kegelisahan kuat yang saya simak dari isi Twitter Fahri Hamzah beberapa hari ini. Ada gelagat tidak beres, begitu firasat saya pribadi. Hanya dalam  hitungan hari, gelagat itu menguat dan Fahri dipecat.

Awalnya, saya nyaris terkecoh anggapan beberapa pengguna Twitter, jangan-jangan ini hanya bagian dari "April Mop" yang sedang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera. Tapi mengingat "wajah" serius orang-orang partai tersebut, rasanya tak mungkin jika ini sekadar sebuah guyonan dari partai yang pernah memiliki pengaruh sangat besar itu.

Fahri benar-benar dipecat. Dan, isi Twitter politisi itu pun saya simak kian bernuansa kegelisahan kuat. Seperti ada ketakutan akan adanya sesuatu yang penting yang selama ini sangat dipertahankannya, akan hilang.

Ya, dia saat ini adalah salah satu dari anggota dewan yang konon terhormat. Di sana pun ia menjadi salah satu tokoh, mengisi kursi wakil ketua, sebuah kursi yang bisa dipastikan takkan bisa membuat siapa pun penat. Meninggalkan itu, jelas berat.

Masuk akal jika kemudian ia meronta ketika dirinya merasa dipaksa untuk mengangkat pantat. Kursi tersebut selama ini telah membawanya ke dalam sensasi nikmat, bagaimana bisa partainya semena-mena berharap pantatnya terangkat. Tak mungkin.

Maka itu, Fahri pun meronta dan berontak.

Ia menunjukkan keberaniannya. Para pesohor di partai yang telah memuluskan jalannya ke kursi wakil rakyat pun didebat, bahkan didamprat. Keberaniannya benar-benar bikin tercekat.

Sulit memahami alasan pemecatan dari partai yang terjadi secara tiba-tiba. Hingga muncul kalimat, "Apakah kesalahan mahabesar yang sudah saya lakukan," teriaknya, terperanjat.

Ya, PKS tentu saja memiliki alasan kuat saat mengambil sebuah keputusan. Hal itu juga mereka beberkan kepada insan media, dan dibaca oleh sebagian rakyat, dan juga kader-kader mereka sendiri.

Fahri meradang. Ia merasa dipermalukan setelah sekian lama ia ekstase di posisi sebagai wakil rakyat. Alhasil, ia pun melakukan berbagai macam cara untuk melawan. Dari mengungkit apa saja jasa-jasanya yang dirasakan olehnya telah dikubur, ia bangkitkan dari liang lahat.

Tak hanya itu, pertanyaan besar pun ia coba lemparkan, apakah sepadan antara alasan dia dipecat dengan tingkat kesalahan yang telah ia perbuat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline