[caption id="attachment_184739" align="aligncenter" width="476" caption="Gbr: Kapanlagi"][/caption]
Rasanya hampir sebagian besar perempuan Indonesia demikian mengidamkan diri mereka menjadi Puteri Indonesia, sebuah gelar yang diberikan kepada perempuan terpilih dari sekian juta perempuan yang ada di negeri ini. Namun, bagaimana ketika salah satu mantan puteri yang terpilih itu nyatanya menjadi tersangka dalam kasus korupsi?
Angelina Sondakh adalah salah satu dari Puteri Indonesia terpilih itu. Ia pula yang menjadi satu-satunya dari sekian puteri yang terlibat kasus korupsi dan harus mendekam di balik jeruji besi.
Seperti diketahui, perempuan yang kerap disapa dengan panggilan Angie adalah pemenang kontes Puteri Indonesia 2001. Tidak hanya itu, ia juga dikenal memiliki prestasi yang berderet. Hanya saja, dari yang saya simak, nyaris semua tidak jauh-jauh dari sekadar pamer kecantikan. Sebagai pemenang pada ajang Puteri Manado (1995), Juara Cewek Keren Manado, Puteri Pantai Manado, Miss Novotel, dll.
Jika juga ada yang lebih mengandalkan skill dan pengetahuan, tak lain karena ia memang pernah menjadi juara Debat Ilmiah se-Sulut pada tahun pada 1997.
Dari sekian kemenangannya itu, terpilih sebagai pemenang pada kontes Puteri Indonesia menjadi penentu untuk ia melejit jauh, hingga kemudian merangsek ke dunia politik dan terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Dari sana, bisa ditarik penekanan pada kontes itu saja (Puteri Indonesia). Karena dari sana Angie muncul dan menapak jauh ke atas. Tak ayal, dari sana, patut pula saya kira untuk melihat ke Yayasan Puteri Indonesia yang notabene menjadi penentu pula dalam membentuk sosok Angie. Alasannya, yayasan tersebut yang memberi pendidikan kepada para puteri (versi mereka), dan mereka yang menanamkan 'chip' ke kepala para puteri yang ada. Toh, bukankah kerap digembar-gembor, bahwa seorang puteri yang mereka pilih benar-benar adalah perempuan "paling sempurna"?
Iya, mereka secara tersirat demikian confident menyebut bahwa perempuan yang muncul dari 'pintu' mereka adalah perempuan terpilih, yang memiliki nilai Beauty, Behaviour, dan Brain yang paripurna melebihi rata-rata perempuan se-Indonesia. Pun, memang itu dijadikan dasar dan standar penilaian untuk seorang perempuan muda negeri ini bisa mendapat mahkota Puteri Indonesia bukan?
Jangan lupa, ada soal Brain (otak) yang disebut-sebut sebagai salah satu dari penilaian itu. Brain tempat pikiran berada. Yang tidak hanya terhenti sebagai alasan seorang puteri untuk terpilih, tetapi itu juga yang kemudian dibidik dan dididik kembali oleh pihak penyelenggara kontes tersebut.
Nah, jika merujuk pada konsep bahwa pikiran yang menjadi penentu perbuatan seseorang, maka perbuatan Angie dalam kapasitas sebagai Puteri Indonesia dalam kasus Wisma Atlet di Palembang, sedikitnya turut dipengaruhi oleh pola asuh dan pola didik kemudian hari di lingkungan keputerian itu. Artinya, pihak penyelenggara kontes tersebut, tak pelak turut menjadi bagian "ilham" dalam tindakan Angie hari ini.
Taruhlah, itu murni sebagai tindakan pribadi Angie, dan tidak ada keterlibatan penyelenggara kontes dimaksud dalam pilihan sikap Angie dalam kasus itu. Namun, lagi-lagi, mereka juga memberi andil tidak sederhana pada proses lahirnya tindakan Angie hari ini. Jadi, bukan tidak mungkin, masih ada banyak hal yang harus dilihat ulang dan dibenahi di internal penyelenggara dalam melihat standar "Brain" dan "Behaviour". Apalagi, hari ini belum ada berita bahwa gelar Puteri Indonesia dari dicabut dari Angie. (Follow: @zoelfick)