Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Awas! Mafia Pasar Gelap Mencuri Akun Facebook Anda

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Berawal dari beberapa kali harus melihat photo produk-produk gadget dan berbagai barang jualan lainnya di halaman depan Facebook saya. Awalnya yang terasakan tidak lebih dari perasaan kesal saja. Ngedumel diam-diam,"Apa akun saya memang memunculkan aroma pasar?"

Untuk beberapa lama, saya masih hanya ngedumel saja. Pun tidak tertarik untuk diskusikan perihal itu dengan siapa juga. Baru-baru ini, saya menyengaja untuk bermain 'parang' sindiran. Bahwa, Facebook itu untuk pertemanan, dan sepertinya kurang etis kalau pertemanan itu malah dimanfaatkan. Mencoba menyentil. Tapi, tetap juga berjualan di Facebook itu terjadi.

Selangkah ke depan. Saya mencoba berpikir 'lebih baik'. Lha wajar mereka mencari nafkah. Memanfaatkan media untuk berbisnis. Dan, bukankah yang mereka lakukan itu adalah sebentuk kreatifitas? Mencoba introspeksi demikian, sedikit memberi rasa sejuk juga di kepala saya.

Tapi tidak. Saya mencoba menalar fenomena 'sederhana' yang saya lihat tersebut. Kenapa, rata-rata yang meng-tag photo-photo jualan itu, kalaupun di akun tertulis nama orang, tetapi saat menelusuri lebih lanjut di info akan di bawa ke profil usaha dagang tertentu?

Menarik. Saya coba terus menelusuri. Dikuatkan lagi saat seorang karib saya, Achsin el Qudsy juga mengalami akunnya dicuri orang. Selanjutnya nama karib ini sudah berganti dengan nama kios usaha penjualan salah satu jenih seluler yang lagi booming. Diikuti dengan curhat mendadak salah seorang kontak saya.

"Kak, tolong dong bagaimana caranya ini. Saya sudah pakai uang kuliah untuk beli seluler anu. Karena harganya miring, langsung aku kirim uang 1 juta ke rekeningnya. Tapi sudah sekian bulan barang yang aku pesan tidak sampai ke tanganku. Kontak ke mereka juga tidak ada satu pun nomor mereka yang aktif. Bagaimana caranya aku bisa jelasin ini ke ibuku?"

Uhm, fenomena klasik sebenarnya. Iya, artinya, modus seperti itu memang kerap dipergunakan oleh mereka yang bermain dengan lakon hidup sebagai penipu, penjahat dan sesukunya.

Selidik punya selidik. Saya mengikuti beberapa akun Facebook yang telah sukses beralih ke tangan yang bukan pemiliknya. Saya dapati, semua mengarah ke mafia pasar gelap yang berlokasi di sebuah daerah kepulauan dekat Sumatera.

Menyikapi hal itu. Saya sendiri hanya menganjurkan ke beberapa teman dekat untuk berhati-hati dengan kemungkinan akunnya dicuri. Saya perhatikan, mereka menyasar akun yang dilihatnya memiliki banyak kontak. Sepertinya kontak Facebook itu dibaca oleh pedagang 'kreatif' itu sebagai pasar. Tak ayal, mereka mungkin melakukan pemantauan terhadap akun-akun mana saja yang memiliki banyak kontak. Mengseleksinya. Selanjutnya, menjadikan akun tersebut berpindah ke tangan mereka. Terus, dari sana mereka berdagang.

Pola pemikat yang mereka mainkan juga lumayan menarik. Barang yang ditawarkan bisa setengah dari harga normal. Tidak heran, remaja-remaja yang memiliki uang pas-pasan terkecoh dan melayangkan uangnya ke penjahat tersebut. Sedang barang yang dipesan, sepertinya menunggu mereka bertaubat dari dunia hitam itu dulu, baru ada kemungkinan sampai.

Untuk ini, saya anjurkan untuk kita semua. Sepertinya bolehlah lebih berhati-hati dengan akun apa saja (tidak hanya facebook tentunya). Jangan lekas tergiur dengan berbagai tawaran. Juga jangan sembarangan klik link yang diberikan. Sebab link demikian tidak tertutup kemungkinan merupakan 'jembatan' untuk mereka mengakses komputer Anda dan mencuri akun Anda. Nah, jika untuk mendapatkan akun Anda itu sudah dilakukan dengan cara mencuri (jalan tidak baik). Tentu tidak masuk akal kalau kita tidak curigai bahwa akun itu juga pasti dipergunakan mereka untuk hal yang tidak baik. Lha, terang dong. Toh mereka dari "Pasar Gelap." Dalam 'gelap' berbagai hal buruk bisa saja terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline