Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Merenungi Media dan Popularitas

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menyimak fenomena popularitas yang akhir-akhir bisa seketika didapat oleh beberapa nama. Sebut saja Norman Kamaru, atau sebelumnya Sinta dan Jojo. Tidak tertarik untuk mencari-cari alasan pandangan saya. Namun saya berkeyakinan bahwa popularitas tidak menjadi tujuan dari figur-figur dimaksud.

Banyak yang mencoba memberikan analisa kepada mereka. Tidak sedikit yang melihat dengan sinis. Seperti juga tidak kurang yang menemukan inspirasi dari sosok-sosok itu. Bahwa, popularitas yang bagi sebagian orang menjadi satu hal yang bahkan kerap diimpikan. Diusahakan bahkan tak jarang menggadaikan sampai pada kehormatan yang harusnya dijaga. Tetapi beberapa nama yang baru kita sebut di atas nyaris tidak bertaruh dengan sesuatu yang terlalu mahal.

Yang mereka lakukan lebih terlihat sebagai bentuk keisengan semata. Seperti juga mereka akui sendiri. Tidak mereka bayangkan untuk bisa tiba-tiba populer, tenar bahkan sampai ke berbagai penjuru dunia. Ini murni sebagai sesuatu yang tidak mereka sengaja. Apalagi, kalau andai misal mereka membayangkan juga, saya kira sulit untuk memelihara bayangan itu. Apalagi, You Tube sebagai media yang sudah demikian banyak mempopulerkan orang-orang berbakat yang selama ini tersembunyi. Kita lihat--You Tube-- memiliki berjuta tema dan tayangan di lempar ke sana oleh user-nya. Sulit mempercayai, di tengah jutaan video yang diunggah ke sana, namun kemudian, video seperti Norman, Sinta dan Jojo atau bahkan Justin Bieber bisa muncul ke permukaan menyisihkan sekian banyak video-video lainnya.

Kalau Justin Bieber, kendati ia tidak mengakuinya. Namun ia memang terlihat menujukan video-videonya untuk menarik peminat. Atau setidaknya, ada harapan yang ia simpan untuk kemudian hari bisa muncul. Berbeda halnya dengan Norman dan beberapa figur selanjutnya itu. Keisengan mereka berbuah manis.

Popularitas tidak menjadi alasan mereka selain hanya menunjukkan yang mereka bisa dengan cara yang bahkan sederhana. Justru kesederhanaan itu yang kemudian membawa mereka mencuat ke permukaan. Diobrolkan berbagai media. Dan yang paling utama, mereka dengan karya sederhananya itu memberi nilai pelajaran hidup yang tidak sederhana: bahwa terdapat kekuatan dalam kesederhanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline