Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Teuku Umar, Bukan Ureueng Aceh

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12895257761646402639

[caption id="attachment_74894" align="alignleft" width="266" caption="Gbr: googleimages"][/caption] Jika di banyak tempat di Indonesia, biasanya cenderung hanya memiliki penduduk asli yang 'satu warna' saja. Maka, berbeda dengan Aceh yang memiliki beberapa suku; Aneuek Jamee menjadi salah satunya. Lantas apa kaitannya dengan Teuku Umar yang notabene sebagai Pahlawan Nasional dari Aceh? Berkunjung ke Aceh Barat dan Aceh Selatan, di sana akan diketemukan komunitas masyarakat yang mempergunakan bahasa yang sama persis dengan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat yang ada di Sumatera Barat. Hanya saja mereka ini biasanya memiliki tempat tersendiri yang lebih dekat ke sisi pantai. Menilik beberapa buku yang berbicara tentang perkembangan masyarakat  di Aceh, sebuah kemungkinan kenapa masyarakat Aneuek Jamee itu lebih banyak bertempat dengan kawasan yang lebih dekat dengan Aceh, itu lebih dikarenakan memang dari moyang mereka sendiri memang sudah menempati tempat-tempat di pesisir Aceh. Pada perkembangan selanjutnya jarang dari mereka yang menghuni kawasan pegunungan. Apalagi, mungkin ini juga karena pengaruh tali kekerabatan yang sangat erat di antara mereka, sehingga satu dengan yang lainnya lebih memilih untuk hanya memilih tempat tinggal berdekatan dengan kerabatnya. Memang ada sebagian dari mereka yang masuk ke daerah-daerah Aceh yang lebih dalam. Cuma tetap saja, secara jumlah relatif kecil. Dan itu juga tidak jauh-jauh dari 2 tempat; Aceh Barat dan Aceh Selatan. Di Aceh Selatan, sebagaian besar kawasan Kabupaten yang bersebelahan langsung dengan laut tersebut memang di huni oleh masyarakat Aneuek Jamee sampai ke sebagian Aceh Barat Daya (Blang Pidie). Kekhasan lain dari masyarakat ini adalah kemampuan mereka berdagang yang diakui berada di atas umumnya ureueng Aceh. Terkait dengan kepiawaian mereka dalam berdagang, jamak diakui mereka hanya memiliki saingan dengan ureueng Pidie yang merupakan masyarakat Aceh tulen yang mempergunakan bahasa Aceh, di Kabupaten Pidie dan sekitarnya. Dalam beberapa catatan yang berkaitan dengan Teuku Umar, diperoleh sebuah benang merah yang bahwa kedua pahlawan nasional tersebut memang masih berdarah Aneuek Jamee, atau lebih tegasnya masih sangat murni berdarah Padang. Cuma, oleh perkembangan sejarah dan proses kemenyatuan mereka dengan masyarakat Aceh pribumi, maka mereka cenderung lebih suka menamakan diri juga sebagai ureueng Aceh--meski hanya sebagian kecil saja dari mereka yang memiliki kemampuan untuk berbicara dalam Bahasa Aceh, sebab dalam keseharian mereka memang lebih acap mempergunakan Bahasa Aneuek Jamee sebagai bahasa pengantar. Yang kemudian juga Teuku Umar diidentikkan dengan Aceh, bukan sebagai orang Padang. *Tulisan yang ditulis dalam keadaan terburu-buru. Masih akan terus dibenahi Jakarta, 12 Nov 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline