[caption id="attachment_220617" align="alignleft" width="300" caption="Setiap kata memiliki ruh. Dalam buku ini, kutinggalkan sebagaian ruh diriku dengan sahabat-sahabatku yang bertani di ladang kata tentang Aceh (Gbr: Pen Bandar)"][/caption] Banyak yang sudah berhasil sukses, muncul ke permukaan dan kemudian mengaku bahwa ada buku yang mempengaruhinya sampai kemudian bisa mendapatkan sebuah pencapaian dalam hidup yang begitu tinggi. Baik dalam tataran perjuangan hidup pribadi, maupun komunal. Dan ini tertulis setelah sebelumnya terinspirasi dengan sebuah buku yang di sana juga ada tulisan saya. Buku bertitel Hasan Tiro; Unfinished Story of Aceh yang baru saja terbit dan meluncur. Satu sisi tidak seheboh buku Wisnu Nugroho yang mengangkat tentang SBY, tetapi 2 buku ini meski dengan tokoh yang diangkat berbeda namun memiliki kesamaan pada tema. Ada figur yang diangkat. Wisnu sendirian saja mengangkat tulisan tentang SBY. Sedang buku yang satu lagi jelas berbicara tentang Hasan Tiro yang pernah menjadi sosok fenomenal di balik pemberontakan Aceh. Wisnu lebih menangkap hal-hal yang dipandangnya sendiri sebagai sesuatu hal yang simpel, sedang The Unfinished Story of of Aceh mengangkat perihal yang berhubungan dengan hal yang tidak ringan, dari marah sampai dengan darah yang kemudian berujung pada 'menyerah'. Lagi, buku Unfinished Story of Aceh yang melibatkan saya sebagai salah satu penulis membawa energi berbeda. Tetapi, buku Pak Beye dan Istananya yang diracik salah satu wartawan Kompas itu lebih memiliki gaung. Tapi begitu, lepas dari soal gaung tersebut, saya percaya kedua buku itu bakal membawa dampak tidak ringan. Namun, terbitnya buku: Hasan Tiro, Unfinished Story of Aceh tidak kemudian malah diterjemahkan bahwa Aceh masih menyimpan bara. Dan itu harapan saya yang juga menjadi salah satu penulis buku tersebut. Karena, kedua buku itu, baik yang ditulis Wisnu Nugroho maupun yang saya tulis dengan teman-teman di Aceh tidaklah membanggakan kecuali ketika kemudian bisa memberi percik inspirasi yang bisa memberi perubahan yang lebih baik untuk Indonesia, dari sekadar menjadi 'tanah tumpah darah'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H