[caption id="attachment_97282" align="alignleft" width="300" caption="Pelajaran cinta adalah pelajaran sikap (Gbr: Prayitno Ramelan)"][/caption] Bukan bermaksud untuk mengkultuskan individu. Tidak juga untuk mencari muka, karena saya jelas bisa melihat kalau saya masih punya muka. Tetapi saya suka menulis tentang figur yang bisa memberi pelajaran, dan di sini adalah seorang lelaki yang acap menyebut diri sebagai Old Soldier. Dia bernama Prayitno Ramelan. Figur mantan militer dan mantan penasehat Menteri Pertahanan. Terakhir tercatat sebagai penulis buku yang lumayan diuber, karena sesuai dengan konteks yang sedang umum dibincangkan, terorisme--Intelijen Bertawaf dan Terorisme--. Hal yang paling sering saya perhatikan dari sosok ini adalah jiwa yang betul-betul mengakar. Teringat beberapa kali saya membaca balasan komentar beliau terhadap Kompasianer, nyaris tidak ada yang beda. Sering beliau memanggil 'tamu' di tulisannya dengan sapaan: My friend. Sebuah sapaan yang sangat hangat dan mencerminkan sikap low profile dan rendah hati sekali. Uniknya, jika dalam beberapa temuan saya, terdapat kompasianer yang membalas sapaan langsung dengan: All...thanks bla...bla...bla, yang mengisyaratkan bahwa yang memberi komentar adalah "bukan orang istimewa", tetapi lelaki ini menyempatkan untuk membalas komentar tersebut satu persatu. Jadi, mereka yang datang memberi komentar memang terlihat dihargai sekali oleh purnawirawan yang masih gagah di usia 'jelang' senjanya ini. Ini pula yang selalu saya coba terapkan saat membalas sahabat yang memberi komentar di tulisan saya. Yap, pelajaran bagaimana menghargai sesama ditunjukkan dengan cukup tegas oleh lelaki ini. Semoga saja semua Kompasianers juga bisa 'mencuri' kehangatan yang diajarkan Sang Old Soldier lewat sikapnya langsung, untuk kemudian seperti Bang Pitung membagi-bagikan pada semua orang. Kesimpulannya, mari kita tetap saling menghargai di Kompasiana tercinta ini. Itu satu. Sedang selanjutnya, jiwa nasionalisme dan kepeduliannya memikirkan persoalan negara, sekalipun sudah tidak lagi berada di tubuh institusi yang puluhan tahun 'digauli' beliau--TNI Angkatan Udara--, namun kepedulian dan jiwa nasionalisme itu tetap kental. Itu diwujudkan langsung dalam karya berupa buku: Intelijen Bertawaf dan Terorisme. Di samping mengkampanyekan pikiran-pikirannya lewat media TV dan tentu saja: Blog. Salam Perjuangan, Old Soldier. Trims untuk pelajaran cintanya. Saleuem Gegerkalong, 19032010 Note: - Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menafikan rekan-rekan Kompasianers lain yang juga welcome seperti: Mas Firman Seponada, Katedra Rajawen, Wisnu Nugroho, Imam Subari, Pepih Nugraha, Iskandar Zulkarnain a.k.a Isjet, Nurul, Andy Darma dan semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H