Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Sajak untuk Peri

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_52966" align="aligncenter" width="300" caption="rasa yang tertulis usai senda senja (Gbr: CM)"][/caption] kuambil segenggam pasir dari pantai senja di suatu ketika menabur ke langit malam dan menjadi gemintang yang menindih pekat yang tetap membuta lalu terjatuh sebagai seuntai senyum mengelus dada yang belum mengenal makna rasa bangga menjadi deretan tanya yang terlihat serupa senda pada riak kecil embun yang menjadi peri-peri telanjang aku hanya berdiri menatap karena telah berubah wujud laiknya seekor musang tanpa puisi yang bisa kudeklamasikan dengan irama garang salah satu peri memintaku untuk bicara pelan saja tak perlu terlalu lantang ia telah terjatuh tepat di pelukanku tanpa seuntai jua ragu mengelus daguku yang lebih mirip bongkah-bongkah bebatuan kuyu dan mengusap setiap inci jiwa yang telah menjadi puisi-puisi rindu tanpa kamar untuk bercerita tentang ombak yang semakin menderu Aceh, 13012010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline