Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Cerita Tikus untuk Presiden

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_26758" align="alignleft" width="300" caption="Sebelum dimamah habis, bantai saja semua tikus. Kok ragu?"][/caption] Aku ingin sekali bicara dengan Presiden. Bercerita agar dia ingat kembali pada pelajaran saat masih SMP. Bahwa tikus memiliki kemampuan berkembang dalam waktu sangat cepat dibanding dengan binatang lain. Mereka tidak hanya akan menguras isi karung-karung beras. Tetapi dengan penyakit typhus yang disebarkannya juga bisa mengakibatkan kematian dalam waktu cepat.

***

Lumbung padi yang ada di negeri ini masih sangat tradisional, hanya terbuat dari kayu saja. Kalaupun ada yang menyarankan pembuatan lumbung dari baja, tentu yang memberi saran itu akan dipandang gila. Aku juga merasa tidak terlalu cerdas untuk berikan pikiran kesana, agar isi lumbung tidak terkuras hanya untuk membuat tikus itu lebih kuat untuk beranak semakin banyak. Pikiran 'picikku' masih sering mengira, seekor tikus tentu juga akan melahirkan anak-anak tikus. Tuhan terlalu cerdas sehingga tidak mungkin ada tikus yang mampu melahirkan manusia, apalagi manusia yang bijak.

***

Pak Presiden, tikus lebih menarik dan sangat merangsang para jurnalis tivi dan koran-koran. Aku khawatir, kelak manusiapun akan ikut-ikutan ingin menjadi tikus. Bisa saja karena mereka memakai logika, tikus yang sering masuk koran berarti hebat. Dan sepertinya layak untuk ditiru. Sekarang, aku sedang bermain dengan sebuah mimpi yang sangat indah, Pak Presiden. Bukan mimpi sedang menyanyikan lagu Rock n Roll dengan Britney Spears. Tidak juga bermimpi sedang bercengkrama ditengah sejuk kicau burung di syurga. Tetapi, mimpiku itu justru mimpi tentang pembunuhan. Iya, pembunuhan terhadap para tikus. Aku ingin melihat tanganmu berlumuran darah, tetapi dengan darah tikus-tikus yang selalu saja menggagalkan sawah negeri kita ini dari panen. Entahlah, semoga tidak terjadi seperti bisikan seorang rekanku,"biasanya kenyataan yang terjadi adalah kebalikan dari mimpi."

***

Pak Presiden, sebagai rakyat kecil, saya mungkin tidak memberikanmu sertifikat penghargaan dengan tinta emas. Kukira itu tidak perlu. Karena jelas, sertifikat-sertifikat itu bisa saja nanti dimakan rayap. Tetapi, aku akan mengukir sebuah patung dari karang, berbentuk seorang Presiden, berbentuk aubuh anda yang menyiratkan pesan untuk dunia ribuan tahun kedepan, Anda Presiden Pertama yang Berani Membantai Tikus di negeri bernama Indonesia. Walaupun, patung itu hanya kubuat dari susunan kata yang aku bisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline