Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Aku Membunuh Pelacur

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_72029" align="alignleft" width="300" caption="andalas itu negeri peri (Gbr: Google)"][/caption] Pelacur sedang transaksi dengan calon pelanggan. Saat langkah kaki terayun di salah satu jalan malam, di negeri Andalas. Sebuah negeri yang pernah menulis banyak kisah ngeri, acap bercinta dengan tragedi. Andalas, mungkin karena aku menjadi bagian dari setan alas yang biarkan sebuah rindu tak berbalas. Kalimat itu melintas, berkelebat, melipat penat untuk sesaat. Saat suara pelacur tadi terdengar dengan tak tersengaja. Andalas, kenapa kau melacur? Sedang aku sedang menyimpan rindu yang kuharap satu ketika kelak meluncur setelah memancar serupa air mancur. Kenapa kemudian malah kau beringas dengan sepotong rotan sebesar lengan, memukulku saat langkah itu seharusnya tetap terayun. Andalas, aku benar-benar merasakan diri menjadi setan alas. Setelah seribu rambutku tercerabut hanya untuk menjadi alas kaki. Sedangkan kau, terus saja melangkah dengan kekejaman yang membuat seribu mata hanya bisa menatap dengan memelas. Seribu kebaikan menjadi sekedar catatan yang begitu saja menghilang tidak berbekas. Karena itukah maka engkau dipanggil Andalas? Entahlah dan masih entahlah. Langkah itu akan tetap terayun setidaknya bisa punah semua resah. Logika yang bisa kuurai mungkin belum cukup kuasa membuat tubuhmu menjadi basah. Para pejalan kaki yang sedang bersamaku menelusuri seribu lorong di luar pesona tubuhmu yang masih serupa perawan itu, mencoba untuk arahkan mata pada satu titik tatap yang tak hanya mengarah pada atap ratap. Andalas, perjalanan ini mungkin menjadi gada yang akan melumatkan kepala dan lemahkan sorot mata mereka, yang masih melihatmu hanya dengan nafsu, serupa tatap pelacur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline