Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Memahami Penolakan Mahasiswa ITB atas Kunjungan Jokowi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13977780331621506511

[caption id="attachment_332201" align="aligncenter" width="562" caption="Tolak politisasi kampus | Gbr: Kompas.com"][/caption]

Sikap seratusan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menolak kedatangan Joko Widodo, Kamis (17/4), menjadi pemberitaan di hampir semua media. Bagaimana idealnya melihat hal itu tanpa didikte oleh media? Mari melepaskan diri sejenak dari sudut pandang pantas atau tak pantas.

Bagi pendukung gubernur DKI Jakarta yang juga calon presiden dari Partai Demokrasi itu, sikap tersebut tentu saja menyakitkan. Mungkin juga mereka merasa diremehkan, dan berbagai kemungkinan perasaan buruk lainnya. Tapi, sambutan buruk, saya kira, tak selalu bertujuan buruk. Setidaknya, itulah kesimpulan setelah saya coba telisik sikap mahasiswa kampus tersebut.

Merujuk ke laporan beberapa media, alasan di balik penolakan para mahasiswa itu adalah karena mereka tak ingin kampus dipolitisasi. Itulah paling tidak yang diutarakan koordinator aksi mahasiswa ITB, Oky Fauzi Rahman. Itu, saya tangkap sebagai alasan utama atas aksi itu.

Lebih jauh, dikatakan bahwa yang memberatkan mereka adalah karena Jokowi akan menyampaikan kuliah umum di kampus yang berlokasi di Jalan Ganesa, Bandung itu. Sementara, di belakang itu, hampir dipastikan bahwa sebagai seorang capres, tentu Jokowi takkan sepenuhnya menyampaikan kuliah umum tanpa aroma kepentingan politis.

Saya kira, langkah diambil segelintir mahasiswa itu memang tak mewakili tiga ribuan mahasiswa keseluruhan. Karena, bukan tak mungkin ada banyak mahasiswa lain yang mengagumi sosok tersebut, dan tak mempermasalahkan kedatangannya ke ITB terlepas agenda apapun yang dibawanya.

Namun, saya kira, perlu juga memahami keteguhan sikap seratusan mahasiswa tersebut. Bahwa mereka hanya sedang memegang teguh fungsi kampus sebagai ruang untuk pendidikan, tempat mereka menggembleng diri menjadi insan terdidik. Notabene itu juga tujuan dari UU No. 2 tahun 1989: "....kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan."

Sangat jelas, jika sepakat melihat aksi itu dari kacamata positif, tanpa terlalu berprasangka, maka yang dilakukan oleh para mahasiswa itu bukanlah kesalahan. Kurang bijak jika melakukan prejudice bahwa para mahasiswa itu dibonceng, mereka dimanfaatkan rival politik Jokowi, dan alasan-alasan beraroma prejudice lainnya.

Mereka mahasiswa. Mereka terdidik. Mereka sedang memperlihatkan hasil dari pendidikan yang sudah mereka dapatkan selama mereka berada di kampus tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline