Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Aji, Wartawan Tangguh Bertangan Satu

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14125451821902161414

Aji tak berhenti, meski ia hanya bekerja dengan berbekal satu tangan saja (Gbr: AtjehPost)

Namanya sangat sederhana, Aji. Kini dia merupakan seorang wartawan di salah satu media online kenamaan di Aceh, ATJEHPOST.co. Dia juga berpembawaan sangat sederhana, memiliki senyum tak pernah lepas dari wajahnya, tapi ia memiliki kegigihan yang tak sederhana. Walaupun ia bekerja hanya dengan satu tangan, yang kebetulan hanya tersisa di bagian kanan, tapi kegesitannya tak kalah dengan jurnalis bertubuh sempurna.

Aji berasal dari kawasan Nagan Raya, salah satu kabupaten di Aceh. Sejak kecil ia terbiasa menjalani hidup keras, dan tidak terbiasa dimanja oleh orang tuanya. Kelincahannya di masa kecil juga yang membuat tangan kirinya harus diamputasi. Sebuah tragedi yang memang berpengaruh hingga ia dewasa.

Saya mengenalnya sejak masih sama-sama kuliah. Ketika saya mengambil pendidikan di Bahasa Inggris IAIN Ar-Raniry, ia menempuh pendidikan di Universitas Serambi Mekkah. Tapi saya dengannya sering bersua, untuk berdiskusi, mengikuti gerakan mahasiswa, hingga terjun ke masyarakat sebagai pegiat sosial.

Ia memiliki karakter yang luwes, bersahaja, dan mudah akrab dengan siapa saja. Selain, dia juga memiliki kepribadian dan karakter yang peka terhadap berbagai situasi sosial.

Pada saat saya dengannya masih sering bertemu di Aceh, ia kerap berbicara banyak hal tentang dunia pendidikan hingga masalah-masalah sosial. Kepekaan jiwanya sangat kental terasa bagi siapapun yang bersahabat dengannya. Apalagi dia sendiri memang telah menyaksikan dan merasakan banyaknya potret ironi di sekelilingnya di Aceh.

Apa yang dia lakukan dalam melihat berbagai masalah sosial itu? Mirip dengan yang saya lakukan, aktif menghadiri berbagai diskusi dan seminar, hingga melakukan berbagai macam aksi. Dari terjun langsung ke masyarakat yang membutuhkan, hingga berdemonstrasi.

Paling tidak, dalam keterbatasannya secara fisik, tapi ia memiliki kepedulian yang tak terbatas. Bagi dia, atas semua masalah sosial yang ditemuinya, maka yang harus dilakukan adalah menunjukkan kepedulian. Pada saat yang bertangan sempurna saja tak semua memiliki kepedulian sempurna terhadap sesama, Aji terus berusaha melakukan apa saja secara sempurna.

Bagi pria yang kini berusia kepala tiga ini, keterbatasan secara fisik bukanlah pagar pembatas untuk bisa melakukan apa-apa yang bisa dilakukan. Ia masih membuktikan komitmennya itu. Untuk pengabdiannya, ia tak pernah mengeluh sekalipun tak jarang ia berjalan kaki puluhan kilometer.

Hingga belakangan ini ia bergiat di dunia media. Sedikit yang membedakan saya dengannya hanyalah karena dia bekerja di media daerah, dan saya di media nasional. Meski begitu, saya tetap melihat dia berada di atas diri saya karena dedikasi tingginya itu.

Dari sosok Aji tersebut saya belajar banyak, bagaimana agar saat satu tangan hilang, yang dibutuhkan bukanlah meratapi tangan yang sudah tak ada lagi itu. Melainkan melihat bahwa Tuhan masih menyisakan satu tangan untuk dirinya. Sudut pandang dirinya itu, yang saya perhatikan, maka sekarang ia masih terus aktif bekerja untuk masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline