Lihat ke Halaman Asli

Agus Priyanto

sodarasetara

Politik Keberpihakan & Kebangkitan Partisipasi Massa

Diperbarui: 17 Januari 2016   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini saya mendapatkan beberapa broadcast dan obrolan di group-group WhatsApp yang berisi tentang kegeraman dari salah seorang akuntan publik “Dwi Wahyu Daryoto”. Sebagai seorang seorang akuntan yang telah bekerja lebih dari 30 tahun dan hingga 2014 masih bekerja sebagai akuntan publik di salah satu KAP anggota big 4, Dwi Wahyu Daryoto merasa tersinggung dengan pemberitaan di tempo.co “Proyek Blok Masela, Rizal Ramli Sindir Tiga 'Akuntan'”

Alangkah baiknya jika disini, saya sajikan saja surat protes dari Dwi Wahyu Daryoto yang saya terima dari broadcast di group WhatsApp saya. Saya sendiri merasa ini perlu karena ini adalah era keterbukaan yang memberikan kesempatan kepada kita untuk berpikir dan bersikap secara terbuka pula bukan?. :D

“Bapak Rizal Ramli, Saya ajak Anda Menjadi Pemimpin yang Bijak”

Saya, Dwi Wahyu Daryoto, seorang akuntan, dan sudah bekerja lebih dari 30 Tahun. Sampai tahun 2014 saya bekerja sebagai akuntan publik di salah satu KAP anggota big 4. Tidak seluruh pekerjaan saya berkaitan dengan akuntansi.  Saya meneruskan pendidikan di Jurusan Psikologi terapan UI, sekarang sedang menempuh program S3 strategi bisnis.

Sama seperti halnya pekerjaan sarjana bidang lain, yang juga banyak diantaranya tidak berhuhungan langsung dengan latar belakang pendidikannya. Tidak semua sarjana hukum bekerja selamanya di bidang hukum. Tidak semua wartawan hebat lulusan sekolah jurnalistik. Tidak semua insinyur bekerja di bidang keteknisan. Banyak bankir hebat berlatar belakang insiyur.

Bill Gates adalah jebolan Yale Law School yang tidak menyelesaikan sekolah hukumnya. Mc Namara menteri pertahanan legendaris Amerika adalah akuntan dan meneruskan studinya di sekolah bisnis dan manajemen. Pak Jokowi Presiden yang hebat, jujur, dan berani ini lulusan Fakultas Kehutanan yang tak ada urusan dengan pengelolaan negara yang rumit ini. Ignatius Jonan seorang akuntan yg berhasil membuat transformasi di PTKAI sehingga lebih sehat dan bisa menyediakan jasa transportasi kereta api dengan baik.

Pak Rizal Ramli, ketahuilah bahwa kompetensi yang harus dimiliki seorang profesional leader itu memang berbeda-beda.  Di level bawah yang dibutuhkan adalah keahlian teknis. Di level menengah, teknisnya makin kurang berganti menjadi managerial. Di level atas, teknis makin sedikit lagi dan yang hrs dibangun adalah kompetensi konseptual dan memperkuat kompetensi kepemipinan. Di semua level pemimpin harus memiliki keahlian interpersonal yang kuat.  Tidak bisa seseorang menjadi pemimpin yang efektif jika tak punya empati dan respek, terlebih menjadi pemimpin di era keterbukaan dan egaliter seperti saat ini.

Saya rasa Rizal Ramli mengalami kekacauan berfikir dalam menyikapi berbagai isue pembangunan.  Dia mengalami kompleks rendah diri yang akut yang dikompensasi dengan seolah-olah berani menyerang apa saja, sambil terus menerus melecehkan pihak lain. Sikap merasa benar sendiri yang ditunjukkan terlalu sering sejatinya adalah merefleksikan rasa rendah diri dan perasaan TIDAK AMAN terhadap otoritas dan kapasitasnya.

Sebagai akuntan saya terhina dengan pernyataan Rizal Ramli.  Saya mengajak seluruh akuntan indonesia untuk menyikapi sikap seorang menteri kordinator yang tidak saja jauh dari tata etika, kepatutan, tetapi juga tidak mencerminkan keteladanan sebagai seorang pemimpin.

Membahas bahwa akuntan konyol, lelucon, dan berbahaya ketika mengomentari hal teknis adalah penghinaan akal sehat, kemampuan kolega dalam bidang manajerial, kapasitas kepenimpinan dan pemahaman akan proses perumusan kebijakan publik.

Ingat bahwa Pak Rizal Ramli adalah jebolan ITB yang tidak lulus, dan meneruskan sekolah sebagai ekonom di amerika.  Sepanjang karirnya, sampai sekarangpun tidak ada satupun karya yang patut diingat dan dihargai rakyat, kecuali pernyatan pernyataan kontroversial sebagai seorang pengamat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline