Lihat ke Halaman Asli

Tari Nelayan di Desa Tambak Bulusan Demak

Diperbarui: 2 Agustus 2015   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TARI NELAYAN DI DESA TAMBAK BULUSAN DEMAK

Setelah carut marut dan runtuhnya kerajaan di demak pada tahun 1571 M, ditambah kedatangan para penjajah portugis di tanah jawa pada tahun 1598 M, banyak para prajurit dan para pendekar kerajaan demak yang kabur dan lari pergi mencari kehidupan baru, banyak dari mereka pergi di daerah pesisir. Apa lagi krisis yang di alami kota demak setelah para tokoh perwira penting demak gugur setelah menyerang blambangan dan para bangsawan/ pelaku ekonom demak saat itu pergi ke jepara dan kudus, Tambak bulusan, morodemak, bonang, wedung, bungo adalah tempat paling banyak ditempati mantan prajurit santri demak yang menjadi nelayan dan menjadi rakyat biasa. SEJARAH TAMBAK BULUSAN (GELAGAH WANGI) Konon sunan kalijogo demak pernah akan membuat masjid agung demak di desa tersebut, tapi setelah berunding dengan para wali masjid agung demak terlalu berdekatan dengan pantai, sehingga dengan banyak alasan rencana itu urung dilaksanakan apalagi akses kedesa tersebut saat itu masih banyak rawa dan tambak yang di penuhi dengan bulus atau kedot-tan sehingga para wali sering menyebut desa tersebut dengan nama bulus-an, sedangkan gelagah wangi di laut muara sungai kontrak/tuntang pada saat itu sering berbau wewangian, tapi uniknya hanya orang selain desa tersebut yang mencium aroma wangi tersebut.

CERITA RAKYAT

Konon pada tahun 1602 M, banyak para prajurit demak yang tinggal di desa tambak bulusan tdk banyak yang berinisiatif menjadi perompak/ bajak laut yang paling ditakuti, banyak dari mereka kebal bedil karena dahulu di desa itu ada warukebo dengan membawa daun pohon waru dapat kebal bedil/peluru, mereka menggasak harta benda hasilpungutan pajakpribumi di kapal-kapal penjajah portugis yang sedang melakukan pelayaran dari semarang ke jepara, dan membagi-bagikan kepada masyarakat desa tersebut, sehingga pada saat itu juga ekonomi di desa itu berkembang pesat, alasan selain faktor ekonomi yaitu faktor jihat melawan penjajah, karena sedikit banyak sebelum runtuhnya kerajaan demak karena adu domba portigis kepada kerajaan-kerajaan kecil sebelum datang dan menjajah pulau jawa, ahirnya penjajah portugis sering menyewa jawara-jawara pribumi dari daerah jawa barat untuk menghadapi para perompak dari desa tersebut dan mengawal kapal-kapal portugis yang melintas di tanjung pantai tambak bulusan,

TARI LAYAR NELAYAN ADALAH SIMBOL SEMANGAT PARA NELAYAN DALAM MENCARI PERUNTUNGAN DI LAUT

tari layar nelayan tambak bulusan adalah simbol semangat para nelayan mencari peruntugan dilaut: Mendayung : semangat pantang menyerah mereka mengarumi lautan lepas dan bertaruh nyawa menantang badai dilaut untuk mencari ikan demi anak dan keluarga. Berjambang, garang, berbadan kekar, dan keras : Keras, garang dan berbadan kekar adalah asli sifat prajurit/ mantan prajurit demak pada saat itu, (di laut berarti berperang, berperang melawan peruntungan) Berkelompok dan bersemangat : Karena Bersama-sama 1 kali dayung dengan penuh semangat 3 pulau terlewati, para wanita yang berjalan sambil memasukan ikan : ibarat menjual banyaknya hasil tangkapan ikan para suami merka di laut 10x memasukan ikan 1x ketukan lagu, sosok badut wanita/laki-laki : adalah simbol anak anak mereka yang selalu riang dan bangga karena semangat dan ketangguhan orang tua mereka, Mayoret : Bakul/ penggepul ikan,

tidak heran entah karena kebeulan atau faktor gen banyak dari tempat-tempat /desa yang di jadikan tempat pelarian oleh exs. Prajurit demak seperti dimorodemak, tambak bulusan, wedung, bonang, bungo dan wilayah pelosok pantai lainya di demak, banyak yang menjadi abdi negara, ulama besar, dan pembesar-pembesar lain di kota ini, tapi jangan GR dulu bos, itu rahasia #dapor_mu sekilas sejarah singkat tentang tari layar nelayan di desa tambak bulusan, kecamatan karangtengah, kabupaten demak, jawatengah keterangan ini di himpun dari banyak versi dan sumber, bukti lain melihat banyaknya batu nissan kuno yang sudah berbaur.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline