Cirebon berasal dari kata "ci" dan "rebon" yang berarti "ci" itu adalah "air" sedangkan "rebon" adalah "udang kecil", patung udang yang dibuat lalu ditempatkan di Balai Kota menjadi ikon karena patung itu hanya ada di Kota tersebut.
Cirebon adalah kota yang penuh dengan keberagaman bahasa, yaitu ada bahasa Jawa dan Sunda, percampuran itu yang menjadi pelengkap ciri khas Cirebon, keberagaman yang ada di sana menjadi sesuatu keindahan yang tak ternilai.
Sebelum menjelajahi Kota Udang Rebon ini dan sesampainya di Stasiun Cirebon, matahari telah memanasi kota, banyak becak berlalu lalang dan terlihat di ujung jalan patung kereta yang menjadi ikon Stasiun Kereta Api Cirebon.
Jalanan di kota ini sangatlah lancar atau bisa dikatakan Kota anti macet; semua kendaraan dengan bebasnya berjalan, tertib akan lalu lintas hingga orang-orang di sana pun sangatlah ramah-ramah.
Stasiun Cirebon yang letaknya di Pusat Kota berdekatan dengan Balai Kota dan Alun-Alun. Konon katanya patung udang yang ada di Balai Kota itu hanya ada di sana, seperti pada kantor umumnya di dalam Balai Kota terdapat orang-orang yang bekerja dan sedang ada pembangunan di belakang pintu masuk utama. Arsitektur bangunannya sama seperti Balai Kota pada umumya hanya saja ada patung udang sebagai pelengkapnya.
Lanjut ke Taman Budaya Hati Tersuci yang merupakan tempat ibadah non muslim (Gereja). Tempat ini sangatlah nyaman, indah, serta sejuk. Banyak patung sejarah awal Yesus menyelamatkan umatnya di taman tersebut. Pemberian nama taman berdasarkan dari bentuk taman yang menyerupai hati.
Tidak hanya itu saja, di sana disajikan makanan khas Cirebon yaitu Nasi Jamblang, mungkin terdengar sederhana tetapi ada yang berbeda yaitu alas dari tempat makan dan nasinya di bungkus dengan daun jati.
Penjelajahan ini belum usai, karena ada tempat yang menarik hati yaitu Keraton Kasepuhan yang memiliki fakta unik yang berada di sana salah satunya; penyambutan dari 2 Singa yang sedang duduk untuk menjaga Kerajaan Kasepuhan. Terlihat juga Masjid Agung Tirtayasa yang disebut dengan Masjid Merah di sana 7 orang yang mengumandangkan adzan secara bersamaan.
Di dalam Keraton juga ada Museum yang menyimpan Kereta Singa Barong sebagai kendaraan Sunan Gunung Jati. Sedangkan di luar Keraton Kasepuhan banyak orang yang berjualan makanan sampai cinderamata.
Makanan yang dijual rata-rata khas Cirebon dan di samping Keraton Kasepuhan masih banyak rumah warga di sekelilingnya. Desa Gerabah Sitiwinangun merupakan tempat yang unik karena terdapat para perajin gerabah yang sudah menjadi tradisin turun-menurun.
Tidak hanya itu saja, seorang pemuda sebagai pengerak masyarakat tersebut untuk mengikuti pameran dan hasilnya menjadikan desa itu terkenal karena sudah mengikuti pameran 3 kali di Jakarta.