Saat ini, kita semua mungkin tidak begitu aneh jika mendengar ada pesepak bola wanita, karena di Indonesia sendiri sudah pernah ada pesepakbola wanita, namun stigma jika ada seorang wanita yang ikut bermain bola, apalagi menjadi pemain bola professional, masih tetap ada hingga saat ini.
Mengapa demikian? Karena sejak dahulu kala olah raga sepak bola sangat identik dengan kaum laki-laki, dan terkesan tidak begitu cocok untuk kaum wanita, yang tentu saja terlihat masih sangat memperhatikan unsur feminimisme.
Pada jaman kekinian atau anak muda kaum milenial sering menyebut dengan bahasa pupolernya "Zaman Now", sudah mulai banyak kita temukan kembali pemain sepak bola wanita, mulai dari grass root, amatir hingga level profesional.
Bahkan seorang wanita, saat ini sudah mulai ada yang masuk sekolah khusus sepak bola, meskipun jumlahnya masih belum terlalu banyak, tapi seorang wanita bermain sepak bola sudah menjadi hal yang mulai lumrah dan tidak lagi tabu, termasuk di Indonesia.
Jika melihat sejarah bangsa kita, ranah sepak bola Indonesia sebenarnya pernah memberikan ruang bagi pesepak bola wanita. Pada tahun 1981 misalnya, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) telah membuat kompetisi Piala Kartini dan Invitasi Galanita setahun setelahnya (1982). Klub-klub yang cukup berjaya dimasanya tersebut diantaranya adalah klub Buana Putri dan klub Putri Priangan.
Pada level internasional, timnas sepak bola wanita kita juga pernah mengukir prestasi, bahkan jauh sebelum munculnya Piala Kartini dan Invitasi Galanita. Saat Piala Asia di Taiwan pada tahun 1977, timnas sepak bola wanita Indonesia berhasil mencapai semifinal.
Di turnamen segitiga Indonesia-Malaysia-Singapura tahun 1979, timnas sepak bola wanita berhasil menjadi juara. Kemudian pada tahun 1982 dan 1985 dalam ASEAN Women's Championship (yang merupakan cikal bakal dari Piala Asean Football Federation/AFF Wanita saat ini), timnas sepak bola wanita kita berhasil menjadi runner up, sementara itu pada tahun 1986 dalam kompetisi Piala Asia, sepak bola wanita kita juga kembali berhasil mencapai peringkat ke-4.
Menjadi dewasa di ranah sepak bola Indonesia (apalagi wanita) memang terlalu mengkhawatirkan, karena mereka akan tumbuh dan berkembang dalam kondisi sistem yang sangat carut-marut, mulai dari manajemen yang terkesan "asal-asalan", skandal-skandal serta intrik politik yang tak pernah berkesudahan, serta hal-hal tak sedap lainnya, yang tentunya akan selalu berada dalam lingkungan mereka untuk menjadi dewasa kelak.
Dalam perkembangannya saat ini, sepak bola wanita di Indonesia hanya dikumpulkan saat menjelang pertandingan-pertandingan internasional seperti AFF. Indonesia, dalam hal ini PSSI belum menjadikan sepak bola wanita ini sebagai komoditas utama, kita lihat saja dengan tidak adanya sarana dan prasarana termasuk soal kompetisi liga profesional, belum lagi terkait dengan minimnya jumlah pelatih berkualitas yang berlisensi.
Menyoal sepak bola wanita dan perkembangannya lebih lanjut di Indonesia, saat berlangsungnya World Football Summit (WFS) Asia, akhir April 2019 lalu, SOCCERPEDIA.id berkesempatan untuk melakukan interview singkat dengan Esti Puji Lestari, sosok wanita asli Indonesia yang peduli dengan sepak bola wanita, sekaligus yang diakui kiprah dan karyanya secara internasional dalam perkembangan football industry di Asia.