[caption id="attachment_220165" align="alignnone" width="1024" caption="Impianku (Pilot)"][/caption]
Pada tanggal 18 bulan Juli 2012 lalu seusai mengisi paduan suara di kampus STAIN Sorong tanggal 17 Juli. Saya sudah mempunyai rencana akan berlibur ke Makassar. Kebetulan teman saya yang bernama Muntaha juga mau pergi kesana. Waktu itu saya pergi ke Bandara sekitar jam setengah enam pagi karena takut ketinggalan pesawat. Sesampainya di bandara sekitar jam tujuh pagi ternyata belum terlambat dan muntaha juga baru datang pagi itu ternyata juga saya bertemu dengan ibu andi dan Pak Rusdi dosenku Di Kampus.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesawatpun akan berangkat dan kami segera di jemput oleh bus yang mengantarkan kami berempat dan penumpang lainnya ke Pesawat yang sedikit lagi akan terbang. Pesawat akhirnyapun naik perlahan sungguh indah pemandanagan ketika sudah diatas pesawat. Ketika pesawat mulai naik lebih tinggi rasanya nyawa ini serasa tertarik. Walau begitu dalam pikiranku ada rasa takut dan senang karena maklum baru pertama kali naik pesawat semewah Sriwijaya yang saya naikki.
Akhirnya pesawat landing di bandara Sultan Hassanudin dan menurunkan Aku, Muntaha dan lainnya termasuk bu Andi dan pak rusdi dengan selamat. Kami turun dari pesawat yang dijemput oleh bus lagi sampai ke ruangan dimana orang yang mempunyai barang-barang yang dibawanya. Saya sangat bingung karena bibi saya sudah menjemput akan tetapi tidak Nampak wajahnya hingga saya dan bu andipun bingung karena ditelponpun hape terdengar tulalit sampai akhirnya bertemu dengan bibiku.
Kami berempat menunggu jemputan bu andi dengan avanza kami berempatpun langsung menuju ketempat masing-masing. Saya dan bibiku berhenti di Dayak untuk menunggu taxi karena avanza itu milik ibu andi. Tempat yang saya tuju adalah Bumi Tamalanrea Permai. Akhirnya satu bulan saya berlibur dan saya waktu itu pulang tanggal 30 agustus 2012 dengan menggunakan pesawat merpati. Begitulah yang saya rasakan, sama dengan saya ketika menaiki pesawat dari Sorong ke Makassar, merasa takut dan senang. Mulai saat itu saya mulai memikirkan betapa enaknya yah menaiki pesawat itu cepat dan simple.
Hari demi hari seusai saya pulang dari Makassar saya mulai mencari artikel tentang pilot dan beasiswa menjadi pilot dan yang berhubungan menjadi seorang pilot. Akan tetapi harapan itu pupus menurut saya karena saya sudah mengenyam pendidikan di STAIN Sorong, lagipula umur sepertinya juga sudah tidak lagi mendukung dan biaya yang sangat super mahal antara 500-600 juta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H