Momentum baik bagi kinerja ekspor udang RI, ada harapan untuk ambil alih suplai share udang global. Berdasarkan data yang dirillis International Trade Center (ITC) bulan Januari 2021 yang memperlihatkan nilai ekspor udang RI tumbuh sebesar 11,50 % di tahun 2020. Tahun 2020 tercatat nilai ekspor RI naik sekitar 155 juta US dollar atau dari nilai 1,30 milyar US dollar di tahun 2019 menjadi 1,45 milyar US dollar di tahun 2020.
Ini menjadi momentum positif, pasalnya empat negara pesaing utama justru mengalami penurunan nilai ekspor, yakni masing-masing India turun cukup drastis sebesar 16,73%, Ekuador turun sebesar 8,15%, Vietnam turun sebesar 9,99% dan Argentina turun drastis sebesar 21,14%.
Secara global memang ekspor udang turun sebesar 9,68% pada periode tahun 2019-2020. Atau pada tahun 2020 dunia kehilangan suplai udang sebanyak lebih kurang 250.000 ton atau senilai 1,96 milyar US dollar. Efek penurunan ini kemungkinan besar terjadi karena efek pandemik Covid-19 masih membayangi negara negara eksportir utama.
Peluang suplai yang hilang akibat penurunan kinerja ekspor pada lima negara pesaing utama yakni India, Ekuador, Vietnam, Argentina dan Thailand mencapai volume 202.388 ton senilai 1,72 milyar US dollar atau sekitar 87,81% dari total suplai udang dunia.
Secara umum tahun 2020, memang kinerja impor udang global juga terkoreksi turun sebesar 7,3%. Importir utama yang membukukan pertumbuhan impor positif yakni USA sebesar 1,27%, disusul negara UE (Perancis, Belanda, Jerman, dan Belgia) berturut turut sebesar 2,68%, 21,73%, 10,34% dan 0,26%. Adapun sebagian besar penurunan impor pada negara importir utama disinyalir akibat kinerja ekspor yang menurun pada negara eksportir utama.
Lalu apa yang mesti dilakukan RI untuk merebut momentum ini?
Penurunan impor udang global, tapi ini diduga bukan karena efek market demand yang menurun tapi lebih disebabkan menurunnya suplai dari negara negara eksportir utama. Alasan ini diperkuat dengan melihat fakta bahwa sepanjang kuartal IV tahun 2020 permintaan udang untuk kepentingan ekspor masih terus ada dan belum ditemukan kasus penolakan oleh pasar akibat kebijakan pengurangan kuota impor.
Melihat kemungkinan fakta tersebut, sebenarnya RI punya peluang cukup besar untuk merebut suplai share kekosongan pangsa pasar. Perlu menjadi catatan, meski RI satu satunya deretan lima besar eksportir utama yang membukukan kinerja ekspor positif, namun angkanya masih sangat rendah dibanding lainnya. RI hanya mencatat total volume ekspor sebanyak 173.465 ton. Oleh karenanya dua strategi yang perlu diambil adalah bagaimana menggenjot produksi udang nasional, lalu merebut peluang kekosongan suplai dengan mendorong pola distribusi pasar yang efektif.
Rekomendasi
Pertama, tingkatkan produksi dengan menggenjot produktifitas dan efisiensi produksi. Program prioritas tidak lagi berbasis proyek tapi lebih mendorong iklim usaha dan investasi bagi pelaku bisnis perudangan nasional agar lebih kondusif. APBN harus di-refocusing bagi fasilitasi kemudahan akses berusaha terutama infrastruktur yang mendukung pengembangan bisnis, dan penguatan kapasitas SDM.
Kedua, intervensi pasar secara kuat terutama untuk merebut kekosongan suplai akibat menurunnya kinerja ekspor pada negara pesaing. Rubah pola distribusi pasar agar tidak lagi sentralistik.