Lihat ke Halaman Asli

Siti Nuzulia Regar

@snuzuliaregar

Jaminan

Diperbarui: 10 Mei 2020   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sungguh tidak ada yang bisa menjamin apapun yang terjadi di masa depan. Itu yang selalu aku tanamkan dalam benak terdalam. Tak terkecuali ketika dia memintaku untuk menjadi pendamping hidupnya. Tidak terbayang sedikitpun dia akan datang dan menawarkan diri untuk masuk dalam kehidupanku.

Sungguh, menikah bukan prioritas bagiku. Banyak luka yang diciptakan dari pernikahan. Sementara selebihnya kebahagiaan yang hanya pura-pura. Aku hanya memahami hal itu. Bukan hal mudah melupakan segala yang terjadi sepanjang hidupku. Perpisahan kedua orang tua, kekerasan rumah tangga yang dialami kakak pertama, dan kematian kakak kedua melalui cara bunuh diri sebab kehilangan suami yang tidak setia. Lantas, apa yang harus aku banggakan dari ikatan yang katanya direstui Tuhan?

"Apa yang bisa kamu jamin untuk saya setelah menikah denganmu?"

Dia hanya diam. Menunduk dan berpikir panjang. Tentu bukan hal mudah untuk menjawab pertanyaan yang aku lontarkan padanya. Selain Tuhan, tidak ada yang sanggup menjamin apapun perihal kehidupanku, kebahagiaan untukku.

"Apa kamu sanggup mencintai saya melebihi cinta Tuhan kepada saya?"

Dia tersenyum pasrah dan menggelengkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca dan mencari celah jawaban atas permintaan yang terdengar sepele, tapi tidak akan bisa dipenuhi oleh siapapun di muka bumi, termasuk dia.

"Saya hanya ingin mencintaimu dan mencintai Tuhan yang ada dalam dirimu, Aira. Apakah saya salah ketika saya meyakini hal tersebut kemudian memintamu hidup bersama saya?"

Aku terhenyak mendengar pernyataannya. Sama sekali tidak terbersit dia akan berkata demikian. 

Aku akui, Fadil adalah lelaki yang baik. Sepanjang aku mengenalnya dia pemuda yang tidak lupa cara mendekatkan diri pada Tuhan. Dia memang seseorang yang sangat mengagumkan. Banyak perempuan baik yang ingin menjadi istrinya, tapi dia menolak. Dia hanya ingin bersamaku. Seseorang yang tidak sekalipun membayangkan kedatangannya. 

Cinta, aku tidak lagi ingin memahami perasaan yang satu itu. Setelah semua yang dialami orang-orang di sekitarku, aku mengerti bahwa luka paling dalam tertoreh dari orang yang paling dicintai. Sebab itu aku tak mau jatuh cinta pada siapapun. Lagipula jaminan yang kuutarakan memang tidak akan pernah sanggup diluluskan, selain Tuhan.

Dan Fadil, mungkin suatu hari nanti. Jika dia tidak lelah menunggu dan berdoa lebih panjang lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline