Lihat ke Halaman Asli

Siwi Nugraheni

Dosen salah satu PTS di Bandung

Vaksin Booster, Perlukah?

Diperbarui: 8 Februari 2023   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: kompas.com

Pemerintah resmi meluncurkan vaksin booster kedua (dosis keempat) untuk masyarakat. Sejauh ini minat masyarakat untuk mengambil haknya atas vaksin dosis keempat tersebut rendah. 

Tingkat vaksinasi booster kedua (konon) baru dua persen. Lalu, perlukah pemerintah mendorong vaksinasi booster kedua ini dengan membuat kebijakan 'semi paksa' seperti sebelumnya: mensyaratkan vaksin untuk akses berbagai fasilitas dan layanan publik? Atau pertanyaannya dibalik, dan menjadi spesifik lagi: perlukah vaksin booster?

Sebelum membahas tentang topik tersebut, saya akan melakukan disclaimer lebih dulu. Saya bukan lulusan sekolah kesehatan atau semacamnya, apa yang saya kemukakan di sini adalah pendapat beberapa kawan saya (merekalah yang dokter), yang menurut saya pendapat tersebut sangat bisa diperdebatkan dan didiskusikan. 

Bahkan sangat mungkin diadu, karena perkara covid-19 dari sisi kesehatan adalah hard-science, yang lebih mudah dibuktikan (lewat riset) ketimbang social science (yang membahas persepsi). Jika adu hasil riset itu terjadi, kami, kaum awam ini, dapat ikut mencermati dan menilai: mana yang lebih masuk akal.

Lalu, saya yang bukan ahli kesehatan, mengapa percaya diri menulis tentang kesehatan? Bagi saya, kesehatan menyangkut keselamatan hidup, maka saya perlu belajar juga tentang kesehatan, dan untuk itu perlu mendengarkan banyak pendapat. Dari berbagai pendapat, kita bisa memilah, mana yang dapat dipercaya, karena kita punya akal, hati nurani, dan catatan rekam jejak pihak yang berpendapat.

Disclaimer berikutnya adalah, saya hanya membahas vaksin jenis konvensional, yang dibuat dari virus utuh yang dilemahkan (istilah saya di tulisan kompasiana sebelumnya: vaksin dibuat dari virus utuh versi sekarat). 

Untuk diketahui, ada beberapa jenis vaksin covid, selain yang konvensional. Ada vaksin jenis virus vector, yang saya terjemahkan sebagai, vaksin dengan virus lain (virus hidup/aktif) yang 'ditempeli' sedikit bagian dari virus corona. Dalam kasus vaksin covid, virus lain yang digunakan adalah adenovirus hidup. 

Mengapa kok ditempelkan ke virus lain? Melakukan isolasi terhadap virus corona konon tidak mudah, sering menempel ke virus lain. Itu salah satu penjelasan yang pernah saya baca, tetapi terus terang saya tidak terlalu mempelajari lebih dalam tentang awal mula terciptanya vaksin jenis ini. 

Satu lagi jenis vaksin covid adalah yang berbasis mRNA. Ini bahan sintetis, yang akan merangsang tubuh menghasilkan 'semacam virus' (lebih spesifiknya adalah spike protein, bagian dari virus), dan karenanya kemudian tubuh membentuk antibodi. 

Kurang lebih seperti itu. Konon pembuatan vaksin berbasis mRNA lebih mudah dan lebih murah dibandingkan vaksin yang dibuat dari virus utuh yang dilemahkan. Untuk tulisan ini, vaksin yang saya maksud bukan jenis virus-vector-vaccine maupun vaksin dengan platform mRNA, tetapi vaksin konvensional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline