Pada awal tahun 2020, berbagai bencana menghajar Indonesia. Salah satu musibah yang paling mencekam adalah munculnya virus Corona atau Covid-19. Virus ini sudah menelan banyak korban jiwa.
Ditengah musibah yang melanda Indonesia, banyak tafsir mitologis mengenai kasus ini. Tafsir mitologis tetap sah saja digunakan, karena memang terdapat sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara rasional.
Namun ada baiknya sesuatu hal yang belum kita ketahui pasti, lebih baik disimpan didalam hati saja atau jangan disebar luaskan di media sosial karena jejak rekaman digital akan selalu ada sampai kapanpun.
Beberapa Hoaks dan Fakta Saat Pandemi Covid-19 :
1. Hoaks : Air rebusan bawang putih sembuhkan corona. Fakta : Belum terbukti sah tentang rebusan bawang putih. Lembaga Kesehatan Publik Amerika Serikat (CDC) mengatakan belum ada antivirus spesifik untuk mengobati infeksi virus covid-19.
2. Hoaks : Foto mayat bergelimpangan di China tewas karena corona. Fakta : Foto milik Reuters yang diambil di Frankfurt, Jerman dalam rangka mengenang korban Nazi. Pertama dipublikasikan tahun 2014.
3. Hoaks : Penumpang Lion Air meninggal karena corona. Fakta : KBRI Kolombo memastikan tiga penumpang Lion Air JT-085 yang mendapatkan penanganan media tidak terkait dengan virus corona.
4. Hoaks : Pasien coona dirawat di RSUD Rabain Muara Enim. Fakta : Handri, Direktur RSUD Rabain Muara Enim menerangkan ada tenaga kerja asing asal China dirawat karena sakit demam dan batuk. setelah pemeriksaan di ruang isolasi dokter menyatakan pasien tersebut negatif terinfeksi corona jenis baru.
5. Hoaks : Virus Corona menular lewat HP Xiaomi. Fakta : Kemenkes mengeluarkan pernyataan bahwa corona tidak menular melalui barang atau pakaian.
Berita hoaks itu menggiring kita ke suatu penyesatan ilmu pengetahuan yang diharapkan itu akan diresapi menjadi hal yang benar. Hal ini akan sangat berbahaya. Namun pernahkah anda merenungkan sejenak hal-hal positif atau hikmah dibalik pandemi Covid-19 ini?
Kita dipaksa untuk berdiam di rumah ketika ayah ibu dan anak-anak jarang bertemu bersama. Kita dipaksa membatasi berinteraksi ketika pergaulan semakin bebas. Kita dipaksa memakai masker ketika aurat semakin diumbar di tempat-tempat keramaian. Anak-anak dipaksa belajar di rumah ketika banyak orang tua sudah menyerahkan tanggung jawab mendidik kepada institusi sekolah