Mengapa kau tulikan telingamu, ketika kubisikan nafas rinduku.
Dan mengapa kau butakan pandanganmu, ketika aku wujudkan ragaku, penuh pengharapan.
Serupa anak kecil yang mendengar cerita dan menatap lukisan berabstrak, sulit dimengerti tak jua terpahami apa yang tersirat.
Tanpa beban ia segera bergegas dan berlalu, tanpa meragu.
Seperti itupula rasamu, terhadapku..
Seberapapun hebatnya aksaraku
Seberapapun lihainya jemari lentikku. Semua tampak sia-sia, jika kau tak jua memahami sebuah makna yang terukir penuh rasa dalam setiap eja kataku
Dan Kau boleh saja mengelak, tapi cinta tetaplah cinta.
Dan rindu tetaplah rindu, meski perih kerap kali menghiasi ketika kita saling merindu.
Maka.. Jangan kau gunakan keegoisanmu, untuk mempertahankan sesuatu yang sesungguhnya tak baik untuk kita.
Karena cinta itu saling mengerti, memahami juga memaafkan.
Inilah kita, dengan perbedaan yang ada.
Sanggupkah kita satukan ?
Meski tak berakhir, kebahagiaan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H