Lihat ke Halaman Asli

“Kutitipkan Resahku”

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kegelisahan hati, kembali merasuki diri
Kepada siapa kuharus berbagi
Haruskah aku berkeluh kesah ??
Ataukah, aku hanya diam dalam resah

Kebingungan pun melanda
Entah bagaimana, awal tuk kubercerita
Sesak sekali dada ini, dan degub jantung pun berdetak kencang tak beraturan
Keringat dingin pun menghiasi, gigil pun tak terhindari

Sungguh.. Aku tak tau harus bagaimana
Ingin hati teriakkan sesuatu
Namun rongga tenggorokanku tertahan, dan aku tak mampu bersuara
Membisu tanpa kata..

Malam kian dingin, dan aku kembali memasuki ruang keheningan
Kebimbangan
Keraguan
Kebingungan
Menyatu dalam relung jiwaku
Sendi-sendi tulang pun terasa ngilu
Dan aku pun tak tau, apa yang sedang terjadi padaku

Sungguh !!
Aku tak tau...

Jarum jam pun terus berputar
Pandanganku pun kian nanar
Aku lelah menggantungkan diri dalam ketidakpastian
Aku letih menyandarkan jiwa, pada ruang kekosongan

Aah.. Sekali lagi, aku hanya mampu berucap..

Sungguh.. !!
Aku tak mengerti
Aku tak memahami
Maksud dari kegelisahan ini

Sungguh !!
Aku tak tau..

Pandanganku menjauh, dan dilangit.. kutitipkan resahku
Berharap terlukiskan kegalauan hatiku
Meski kuharus menatap dalam lelap tidurku..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline