Lihat ke Halaman Asli

Desi lestari

Mahasiswa Ilmu Politik/Universitas Siliwangi

Melihat Childfree Sebagai "Pelindung" HAM

Diperbarui: 24 Maret 2023   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest/WBUR

Childfree...

Sebuah topik hangat yang tengah diperbincangkan oleh netizen Indonesia dan sebagian dari mereka memandang bahwa Childfree merupakan suatu hak masing-masing ada pula yang menganggap bahwa childfree merupakan suatu hal yang tabu dan negatif. 

Mereka yang setuju ataupun menjadi tim netral terhadap konsep childfree berpandangan bahwa konsep tersebut merupakan suatu pilihan dan seseorang bebas untuk memilih untuk memegang konsep childfree ataupun tidak.

Bagi penulis yang menarik disini ialah mereka yang beranggapan bahwa pengusung konsep childfree dianggap menyimpang, melanggar norma, pendukung pemusnahan manusia, atau phobia terhadap anak dan lain sebagiannya. 

Interpretasi buruk tersebut lahir bukan karena tanpa sebab namun dilandasi setelah mendengar pernyataan maupun pandangan orang yang setuju terkait childfree dengan memasukan unsur-unsur yang membuat seseorang tergiring untuk berpikir buruk. 

Misalnya saja beberapa waktu lalu seorang publik figur sosial media yaitu Gita Savitri bersama suaminya mengemukakan keputusannya untuk tidak memiliki anak dan alasan mereka jika ditarik kesimpulan ialah ketika kita memiliki anak maka tanggung jawab serta beban akan bertambah, beban tersebut mulai dari mental, tanggungan ekonomi, hingga sebuah resep awet muda. Tentu tidak heran mengapa keputusan ini menjadi suatu pro kontra dikalangan masyarakat dan banyak yang tidak menerima baik konsep childfree. 

Secara umum konsep tidak memiliki anak ini masih dianggap tabu bagi kalangan konservatif ataupun masyarakat yang memegang teguh agama sebab secara mayoritas di Indonesia, anak merupakan suatu anugrah tuhan dan dilindungi hak-hak hidupnya oleh negara.

Childfree sebetulnya sebuah konsep yang baik jika dilihat dengan kacamata yang tepat. Liberalisme menjadi pondasi untuk melihat konsep tidak memiliki anak dengan positf sebab esensi dari liberalisme itu ialah manusia memiliki kemampuan serta logika guna menentukan hal-hal yang mana yang benar dan terbaik bagi dirinya sendiri dan manusia bisa menentukan pilihannya sendiri tanpa ada pembatasan serta campur tangan dari pihak luar termasuk pemerintah maupun kelompok penguasa. 

Sebagaimana tradisi dari liberal maka manusia seharusnya tidak dipaksa menerima sesuatu kebenaran moral yang digeneralisir di tengah-tengah manusia sebab tiap manusia memiliki keinginan serta tujuan hidup berbeda-beda dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain (incommensurable). 

Liberalisme ini cocok untuk memandang childfree terutama di Indonesia sebab pada dasarnya Indonesia mengusung sistem demokratisasi dan menjunjung kebebasan berpendapat serta memilih untuk menentukan hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline