Lihat ke Halaman Asli

Sesilia Novenda

Happy to have another experience

Kontroversi Brent Spar, Contoh Komunikasi Krisis yang Salah

Diperbarui: 15 Maret 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perspektif yang digunakan menggunakan beberapa teori dan gagasan dari komunikasi krisis untuk melihat permasalahan yang dihadapi oleh Brent Spar di Inggris mengenai pembuangan minyak di lepas pantai yang menggemparkan dunia. Sangat berat jika harus mengingat kontroversi lingkungan yang sangat diperhatikan oleh media ketika platform penyimpanan minyak Brent Spar bergabung dengan Shell dan Exxon di dasar samudera Pasifik. Keputusan tersebut menyebabkan sesuatu hal yang sangat memalukan bagi Shell, yang menerapkan pembuangan di dasar laut, dengan yakin John Major dan pemerintah Inggris mempertahankan keputusan Shell sebagai Best Practicable Environmental Option (BPEO). Beberapa aktivis Greenpeace di Jerman, melakukan kampanye besar-besaran melawan perusahaan Brent Spar dan mengatakan kepada pemerintah Jerman, Denmark, dan Swedia bahwa keputusan yang diambil sangat disayangkan. Hal yang membuat kontroversi Brent Spar menarik adalah “non-issue” lingkungan sampai pembiaran penampungan minyak diambil alih oleh aktivis Greenpeace pada akhir April 1995.

SEJARAH

Pada awal tahun 1994, dua perusahaan besar minyak, Shell dan Exxon, memiliki masalah dengan pembuangan dari tempat penampungan minyak yang bernama Brent Spar. Penampungan tersebut awalnya beroperasi pada 1976, lalu tidak beroperasi selama lima tahun dan kini mengalami kelebihan. Penempatan Brent Spar diajukan dengan permainan pemiliknya yang tidak melalui pengajuan secara hukum untuk menentukan tempat penampungan di daratan: penampungan minyak terletak di laut dalam (lebih dari 75 meter) dan memiliki berat lebih dari 4.000 ton (sebenarnya mencapai 14.500 ton), Organisasi Maritim Internasional menetapkan panduan bahwa struktur dasar samudera mampu menjadi pilihan yang mendukung. Hasilnya, Shell mengoperasikan tidak kurang dari tiga puluh penyelidikan terpisah untuk mempertimbangkan teknis, keselamatan, dan dampak lingkungan dari penempatan tersebut. Shell menghadirkan empat pilihan berbeda : (1) penempatan di daratan, (2) menenggelamkan penampungan yang ada, (3) dekomposisi penampungan secara langsung, (4) penampungan di lepas pantai.

Setelah melakukan penyelidikan, Shell akhirnya memilih pilihan keempat, karena hanya membutuhkan biaya yang sedikit dan hanya memiliki dampak yang kecil bagi lingkungan. Pilihan kedua memang pilihan yang realistis, tetapi pembangunan secara horizontal di daratan membutuhkan dana empat kali lebih mahal, dengan tingkat risiko yang tinggi bagi pekerja (enam kali lebih tinggi) dan ukuran polusi daerah dekat pantai rendah jika terjadi kecelakaan kerja. Sedangkan pilihan lainnya tidak memungkinkan untuk dipilih karena tidak ramah lingkungan dan berbahaya. Shell kemudian mengajukan izin ke Departemen Perdagangan dan Industri di Inggris untuk membangun tempat penampungan minyak di dalam laut. Tahun 1994 pada bulan Desember, Depertemen Perdagangan dan Industri mengizinkan stratetgi baru. Berdasarkan konvensi baru dalam lingkungan kelautan, pemerintah Inggris akhirnya memberitah negara-negara Eropa mengenai gagasan Shell yang akan menenggelamkan penampungan pada 16 Februari. Selama 60 hari tidak ada tanggapan dari negara lain, maka pemerintah Inggris memberikan Shell izin pada bulan Mei minggu pertama. Sebelum izin tersebut dikeluarkan, Greenpeace menggugat Brent Spar pada 30 April.

Krisis pun mulai terbuka. Setelah gugatan Greenpeace, kontroversi Brent Spar mengagetkan media dengan foto-foto aktivis Greenpeace dengan berani melemparkan meriam air ke kapan penarik Shell. Mei tanggal 9, Menteri Lingkungan dan Agrikultur Jerman memprotes pemerintah Inggris karena tanah yang digunakan untuk penempatan tidak diperiksa dengan teliti. Segera setelah munculnya protes tersebut, pemerintah Inggris menampik hal itu. Tanggal 20-30 Mei, Greenpeace memobilisasi politikus melawan penenggelaman di laut dalam dengan mengumpulkan tanda tangan, dan pada 26 Mei, kelompok konservatif bergabung dengan kelompok Green untuk meminta konsumen memboikot tempat pengisian bahan bakar Shell. Boikot ini berhasil dilakukan di Jerman, Belanda, dan sebagian daerah Skandinavia. Mei tanggal 23, Shell akhirnya berhasil mengusir aktivis Greenpeace dari tempat penampungan. Tanggal 1 Juni, setelah banyaknya kampanye melawan Shell, hasil yang didapat di Jerman menunjukkan 74% konsumen memilih untuk memboikot pengisian bahan bakar Shell (survei ini didanai oleh Greenpeace).

ALASAN PROGRAM KOMUNIKASI KRISIS SHELL GAGAL

Satu masalah dengan dua aktor yang disalahkan, pertama adalah Shell yang menggunakan kebijakan keputusan penempatan di laut dalam merupakan BPEO; kedua adalah pemerintah Inggris yang membela Shell. Sehubungan dengan ini, Shell terlihat sebagai bisnis besar, yang juga sebagai korporasi transnasional, dan dilindungi oleh public dan Greenpeace menjelaskan melalui salah satu koran Inggris sebagai “kemenangan demokrasi”. Akhirnya, dari hal ini dapat dikatakan sebagai efek David dan Golliath. Greenpeace, David, dengan semangat sebagai seorang aktivis menempatkan panggung, “membunuh” penjahat besar, Shell, Goliath, dan media menyukai hal itu. Kedua, Shell terlihat serakah karena memilih BPEO sebagai pilihan untuk melakukan pembuangan minyak. Semestinya Shell dapat memilih pilihan lain yang lebih ramah. Ketiga, Shell adalah target yang mudah untuk diboikot. Shell tidak seperti perusahaan Philip Moris yang memiliki banyak nama brand dan terdiversifikasi dalam makanan dan tembakau. Pemboikotan Shell dengan mudah memengaruhi penggiringan pengisian bahan bakar lain. Keempat, politisi (kecuali Inggris dan Norwegia) dengan mudah mendapatkan surat kepercayaan diplomatik tanpa membayar, karena dengan adanya kasus yang menimpa Brent Spar, negara-negara seperti Jerman, Denmark, dan Swedia, tidak mengalami kerugian keuangan karena mereka tidak memiliki cadangan minyak sendiri. Akhirnya, terdapat persoalan moral, mengenai kebersihan laut dalam. Jangan membuang sesuatu yang tidak seharusnya di sana, karena sejatinya laut dalam harus tetap dengan keadaan aslinya dan tidak tersentuh.

sumber pustaka :

Lofstedt, Ragnar E. & Ortwin Renn. (1997). The Brent Spar Controversy: An Example of Risk Communication Gone Wrong. Risk Analysis, Vol. 17, No. 2, 131-136.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline