Lihat ke Halaman Asli

Another Day

Hanya penulis biasa yang mencoba segala genre^

Orang Tua Helikopter, Anak: "Kami Lapar Bermimpi"

Diperbarui: 4 Desember 2022   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hungry, Natisa Jones, 2018, 150 x 151, Acrylic, Charcoal on Linen Canvas (source: IndoArtNow) 

Orang tua adalah guru pertama yang hadir dalam hidup kita. Mengajarkan ini itu semenjak kita bayi hingga bahkan dewasa. Orang tua menjadi sebuah akar dalam perkembangan karakter seorang anak. 

Peran yang sangat penting bukan? Tapi tidak semua orang  tua memberikan pelajaran dan didikannya dengan benar. Sebagian besar dari mereka menerapkan cara dan sistem yang sedikit salah dan sering kali tak mudah diterima. 

Beranggapan bahwa orang tua lah yang berhak memegang kendali atas hidup anaknya dan seorang anak bertugas untuk melakukan semua perintah. 

Itulah orang tua ditahun 90'an. Bukan salah melainkan sedikit kuno, pemikiran yang seperti itu lah yang membuat seorang anak rentan mengalami depresi dan stress yang ekstrim.

Orang tua yang over protecting, tidak mementingkan privasi anak, selalu memecahkan masalah anak, tidak boleh bepergian sendiri, mengekang anak, menuntut dan melarang ini itu, hal tersebut bisa dikatakan sebagai orang tua helikopter

Kenapa helikopter? Seorang anak yang diasuh dengan orang tua helikopter akan cenderung bergantung dan tidak akan bisa memecahkan masalahnya sendiri. 

Hal tersebut akan terus berputar-putar dalam pola pikir sang anak, mengubur mimpi-mimpinya atau mungkin lebih parahnya adalah tidak memiliki keberanian untuk bermimpi. 

Sangat disayangkan sekali ketika ratusan bahkan milyaran anak muda di seluruh dunia yang seharusnya memiliki mimpi dan sejuta ide-ide hebat didalam kepalanya harus mengubur, membuang dan melupakan selamanya.

Terdengar sepele, namun ini juga akan memengaruhi kesehatan mental anak yang sedang bertumbuh. Misalnya, ketika anak umur 12-14 tahun memiliki keinginan untuk mengikuti kemah atau camp yang diadakan di sekolah namun orang tua helikopter ini akan melarang dengan tegas diikuti dengan alasan yang kuat. 

"Pergi berkemah itu sulit, capek, tidak bisa makan teratur dan hanya akan menguras tenaga." Ketika memberi banyak sekali respon negatif pada keinginan anak, seorang anak ini akan merasa seperti tidak dihargai. 

Dapat dilihat tidak sepenuhnya yang dilakukan itu memiliki hal negatif didalamnya. Berkemah bisa menjadi ajang mencari teman, menemukan pengalaman baru dan memunculkan ide-ide luar biasa. Orang tua helikopter ini cenderung untuk tidak menerima pendapat dan keinginan sang anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline