Semenjak munculnya pandemi Covid-19, Kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan terkait pembelajaran jarak jauh atau sering disebut online-learning sehingga mulai marak juga istilah lainnya, yaitu E-learning, suatu metode pembelajaran yang menggunakan perangkat elektronik. PAUD adalah pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar [1]. Penggunaan E-learning untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) kini berbasis sosial media. Sosial media yang semakin beragam bisa menjadi bantuan atau justru ancaman bagi anak-anak dalam menempuh pendidikan. Perlu diketahui bahwa pendidikan di lembaga PAUD dilakukan melalui kegiatan bermain, dimana anak mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan mainnya sehingga model pembelajaran online menjadi tantangan besar. Pengasuhan dilakukan secara bersama-sama antara guru, orang tua dan masyarakat agar pendidikan dan pengasuhan di lembaga PAUD dan rumah selaras serta berkesinambungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak [2].
Masalah yang Dihadapi
Dalam pembelajarannya, ketergantungan akan teknologi memiliki hambatan sebagaimana diakui oleh Kemendikbud yang melaporkan bahwa total satuan pendidikan di Indonesia yaitu 219.876 buah yang terdiri dari sekolah dan madrasah. Dari jumlah itu, yang sudah terjangkau listrik & internet sebanyak 179,097 buah atau (82%), yang tersedia listrik namun tidak tersedia internet sebanyak 33,227 buah atau (15%), serta tidak tersedia listrik dan tidak tersedia internet ada 7,552 (3%) sehingga total ada 40.779 lembaga atau 18% yang tidak terjangkau internet dan atau listrik.
Itu gambaran keterjangkauan internet sampai di sekolah, padahal pada masa Covid-19 ini posisi guru dan murid tidak di sekolah melainkan di rumah masing-masing. Jika posisi sekolah kebanyakan lebih terjangkau dibanding rumah-rumah penduduk, maka jumlah siswa yang tidak terjangkau internet masih lebih besar dari 20% [3].
Bukan hanya internet saja yang menjadi prioritas, pilihan media dan platform yang digunakan ikut menjadi penentu metode pembelajaran yang akan digunakan. Media yang paling sering digunakan dalam implementasi E-learning adalah audio visual, termasuk WhatsApp. Fitur pada WhatsApp Group dapat digunakan dalam pembelajaran anak PAUD di masa pandemi Covid-19, seperti fitur pesan teks, pesan suara, panggilan video, menerima dan mengirim gambar, video dan dokumen file. Penggunaan Whatsapp Group juga menjadi aplikasi yang memudahkan dalam proses pembelajaran online. Berbeda dengan aplikasi zoom yang membutuhkan jaringan kuat dan paket data yang banyak dalam penggunaannya.
Hasil penelitian ini senada dengan temuan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) yang menyatakan bahwa 83,4% guru menggunakan sosial media (WhatsApp, Line, Facebook, dan Instagram) dalam pembelajaran di rumah secara E-learning [4]. Selama implementasi E-learning di Indonesia, dapat disimpulkan oleh Kemendikbud bahwa belum banyak guru menerapkan pembelajaran yang interaktif. Survei KPAI dan FSGI juga menyimpulkan bahwa 79,9% siswa merasakan tidak ada interaksi yang intensif antara guru dan siswa. Hal ini berdampak pada banyaknya anak yang tidak merasa senang untuk belajar di rumah [5].
Penggunaan Media Belajar Online
Penggunaan media pembelajaran bisa dilihat dari dua pihak, yaitu pihak murid dan orang tua serta pihak guru. Pihak guru/pendidik dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran online yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Tidak kalah pentingnya lagi kesiapan para pendidik untuk menguasai aplikasi pembelajaran online sehingga pendidik bisa menggunakan aplikasinya dalam proses studi. Kendala mengajar yang dialami guru PAUD pada masa pandemi Covid-19 berada pada empat indikator yaitu kendala komunikasi, metode pembelajaran, materi dan biaya, serta penggunaan teknologi.
Sedangkan untuk pihak murid dan orang tua, bisa dikatakan bahwa tidak semua anak sama dalam hal kepemilikan fasilitas seperti HP; banyak di antara para siswa yang hanya memiliki HP biasa. Selain itu jika pun ada HP, keterbatasan kuota dan jaringan yang kurang mendukung juga menjadi kendala. Materi yang disampaikan tidak sepenuhnya dipahami oleh siswa sehingga siswa kebingungan dalam menerima materi yang disampaikan guru. Walaupun KBM tersebut dilakukan menggunakan video call, tapi tetap saja tidak seefektif yang dibayangkan. Belajar melalui sistem online juga sulit untuk mengontrol kehadiran anak-anak saat KBM, sehingga yang dapat mengikuti KBM adalah anak anak dengan fasilitas yang baik. Jika banyak daerah menjalankan belajar online dengan mudah, tidak demikian halnya dengan daerah-daerah yang tertinggal atau daerah pedalaman yang belum terjangkau listrik dan belum meratanya penggunaan media elektronik.
Pemakaian Gadget Selama E-Learning
Platform media sosial dengan menggunakan gadget tidak selamanya menjadi solusi yang tepat dalam PJJ. Nyatanya, kebanyakan anak PAUD menggunakan gadget untuk bermain saja dan bukan untuk pembelajaran. Padahal, perangkat elektronik dan gadget dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk mengenalkan pelajaran kepada anak PAUD. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang diajarkan komputer dasar lebih terampil pada pembelajaran. Apa yang bisa diajarkan kepada anak PAUD melalui perangkat elektronik? Antara lain mengetik, membuat tabel, menggambar, belajar matematika, dan mengarang cerita.