Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Dia

Diperbarui: 9 April 2018   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Segelas susu vanilla hangat  menemaniku di pagi ini, tentunya dengan tambahan madu. Ku rasakan angin yang begitu lembut menyentuh kulitku. Setiap sentuhannya benar-benar membuatku selalu merindukan pagi. Kurasakan aroma pagi yang masuk di setiap pori-pori tubuhku. Aroma rumput, pohon, embun. Aku suka.

Mendengar burung-burung gereja bernyanyi gembira di awan. Sekali lagi, aku suka. Kupandangi sekelilingku  ya, ku hanya melihat. Ku buka diaryku. Ku melihatnya. Fotoku berdampingan dengannya. Dan untuk kesekian kalinya ku merindukannya.

***

Kisah ini berawal saat aku kelas 10 suatu SMA di Samarinda, Kaltim. Sekolah ku ini memisahkan antara laki-laki dan perempuan serta mewajibkan asrama selama 3 tahun. Memiliki dapur umum. Yah, setiap makan memang harus mengantri diantara ribuan orang. Memiliki mesjid yang sangat megah. Memiliki markas untuk para siswa dan siswinya (Kantin). Memiliki jemuran umum. Yah, disini kami hidup berdampingan.

***

Saat itu, ada kakak-kakak dari salah satu universitas di Samarinda sedang magang (PKL) di sekolahku. Mereka mengajar berbagai mata pelajaran, bahkan pelajaran bk juga ada. Beberapa kakak-kakak ini berinisiatif mengadakan JS (jalan sehat) menggabungkan siswa dan siswi kelas 10. So,berbarislah kita bak anak TK. Perempuan baris di depan, laki-laki baris di belakang.

Tentunya kakak-kakak itu ada di depan, belakang serta tengah antara kami, agar kami tidak saling berbincang. Sesampai di tempat tujuan, barulah ku melihat seorang lelaki yang tampan. Yah, menurut ku dia lumayan tampan. Tapi ku tak tahu dia siapa. Maklum, aku bukan type orang yang mudah mengingat orang. Ku terus memandangnya. Aku benar-benar terpesona.

Dia melihatku, mungkin sadar ada yang memperhatikannya sedari tadi. Spontan aku pun langsung berpaling. Aku sangat malu. Aku tidak ingin dia tahu. Aku sangat penasaran dengannya. Aku cerita ke temen-temen sekamarku. Alhasil, jadilah aku sebagai bahan ejekan.

***

Kami memiliki jadwal pengajian, gabung dengan anak putra. Tentu aku sangat ingin melihatnya lagi. Walaupun aku tak yakin. Deg deg deg... hati ini menari diwaktu yang salah. Ini bukan saatnya. Mereka pun datang. Laki-laki duduk di sebelah kanan, sedangkan perempuan di sebelah kiri. Dari jarak inilah aku mencoba untuk mencarinya. Hanya sekedar ingin melihat.

Entah mengapa dia menarik. Ku tak menemukannya, mungkin aku sudah lupa dia yang mana hahaa atau dia memang belum datang. Selama pengajian aku fokus dan mencatat setiap materi yang diberikan tanpa mengingat dia lagi. Tiba-tiba aku sadar ada seseorang yang baru saja datang, mengendap-ngendap agar tidak ketahuan. Ternyata itu dia, lelaki yang kucari sedari tadi. Aku hanya tersenyum. Aku melihatnya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline