Lihat ke Halaman Asli

Dalam Diamku

Diperbarui: 15 Februari 2019   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinar mentari pagi menembus jendela kamarku, tampaknya sang mentari sedang tersenyum indah. Hari ini kali pertama aku masuk sekolah tempat yang berbeda dari sebelumnya, tempat dimana semuanya dimulai.

"Maya!" terdengar suara yang taka sing ditelingaku. Ya, dia temanku Anis, bukan sekedar teman biasa, lebih tepatnya adalah seorang sahabat. Aku dan Anis sudah bersahabat cukup lama sejak kami berada di sekolah dasar.

Anis berlari kearahku, "Maya, nanti kita duduk sebangku lagi ya." ujarnya.

"Oke." Jawabku sambil mengarahkan jari jempolku.

Hari pertama masuk sekolah adalah hari dimana siswa baru menjalankan Masa Orientasi Siswa. MOS diselenggarakan selama tiga hari, dimana dalam tiga hari tersebut banyak kegiatan yang kami lakukan dengan kakak kelas. Setelah melaksanakan MOS, kami pun mulai mengikuti proses belajar mengajar. Dikelas yang baru banyak teman-teman dari sekolah yang berbeda berkumpul menjadi satu.

Hari demi hari berlalu begitu cepat bagaikan air mengalir deras di sungai, tak terasa sudah setengah tahun aku berasa di SMA.

Tettt...tettt...teeettt...

Bel berbunyi menandakan jam pelajaran sudah selesai.

"Nis, yuk kita pergi shalat nanti keburu penuh tempat wudhunya." ujarku.

"Tunggu sebentar, aku mau ambil mukenaku dulu." sahut Anis.

Saat aku dan Anis menuju ke musholla, suara azan berkumandang. "Subhanallah, begitu merdu suara orang yang mengumandangkan azan itu." kataku dalam hati. Setiap hari aku dan Anis selalu shalat Zuhur di musholla sekolah mengingat SMA pulang jam 13.30 WIB. Saat ingin menuju ke kelas, tak sengaja aku menabrak seorang kakak kelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline