Siapa Orang Indonesia yang tidak pernah makan tahu atau tempe? Siapa juga yang tidak pernah memasak menggunakan kecap kdelai? Pada umumnya ketiga bahan pangan tersebut merupakan bahan pangan favorit masyarakat Indonesia.
Bahan pangan tersebut merupakan hasil olahan kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditas utama penggerak industri pangan di Indonesia. Perekonomian nasional juga bergantung pada proses produksi kedelai Indonesia. Sepenting itu kedelai bagi Indonesia, lalu mengapa masih impor kedelai ?
Kedelai merupakan komoditas pangan yang paling tinggi angka impornya. Tercatat pada tahun 2022, sebanyak 81% kedelai impor mengisi stok kedelai Indonesia.
Sepanjang Januari - Agustus 2022, Amerika serikat sebagai negara pengekspor kedelai terbanyak mengirimkan 1,37 ton kedelai yang bernilai US$ 955,3 juta (databoks, 2022). Hal tersebut terjadi karena realitas produksi kedelai lokal belum bisa memenuhi permintaan pasar sehingga impor kedelai dijadikan solusi penyelesaian masalah tersebut.
Masalah stok kedelai telah terselesaikan, di tahun yang sama masalah baru muncul yakni kenaikan harga kedelai. Tahun 2022 harga kedelai mengalami kenaikan tertinggi hingga RP. 14.000/kg.
Seharusnya harga wajar kedelai berkisar antara RP. 9.000 - RP. 11.000/kg. Kenaikan harga kedelai impor disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga pada perdagangan global. Karena hal tersebut pengusaha kedelai merasa kehilangan konsumen sehingga produksi olahan dilakukan secara tidak maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah ikut ambil alih dalam pengaturan harga pasar.
Menteri Perdagangan, Zulfikri Hasan mengupayakan harga kedelai pada tahun 2023 akan mengalami penurunan berkisar RP. 11.000 - RP. 12.000/kg. Cara yang ditempuh lagi-lagi dengan impor kedelai. Melalui Perum Bulog, pemerintah Indonesia mengimpor kedelai dari Afrika sebanyak 350 ribu ton guna menekan harga pasar kedelai.
Tingginya aktifitas impor kedelai di Indonesia menjelaskan seberapa ketergantungan Indonesia pada impor kedelai sedangkan penyelesaian kedelai di dalam negeri tak kunjung selesai.
Di dalam pasar kedelai, kedelai lokal telah tak menguasai minat konsumen masyarakat Indonesia. Para pengusaha menjelaskan bahwa kualitas dan perihal higienis, kedelai impor jauh lebih unggul daripada kedelai lokal. Selain itu pembuatan olahan kedelai lebih mudah jika menggunakan kedelai impor. Alhasil jika hal tersebut terus menerus terjadi dan tidak ada penyelesaian, dapat dipastikan kedelai lokal akan kalah dengan kedelai impor.
Wakil Ketua DPR RI,Abdul Muhaimin Iskandar mengomentari kebijakan impor kedelai. Menurut beliau, adanya impor kedelai lagi tidak akan menyelesaikan permasalahan kedelai di Indonesia. Beliau menyarankan harusnya solusi yang dipakai untuk menyelesaikan masalah kedelai lokal adalah dengan cara memaksimalkan produksi dalam negeri.
Pemerintah juga berupaya dengan membuat Perpres No.125/2022 tentang penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Dalam pelaksanaannya Perum Bulog ditugaskan untuk menyelenggarakan CPP tahap pertama. Tugas tersebut diberikan agar masalah pangan di Indonesia dapat terselesaikan dengan penatan juga perbaikan sostem yang lebih terstruktural.