Lihat ke Halaman Asli

Mendisiplinkan Anak Tanpa Kekerasan

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14224262721175550817

sumber: https://www.fabmoms.co.id/page/livechat



Mengajarkan disiplin pada anak harus dimulai sedini mungkin. Seharunya dimulai sejak usia 0 tahun, hanya saja caranya yang berbeda-beda. Untuk usia prasekolah, orang tua atau Moms lah yang membuat peraturan. Misalnya kapan si kecil harus mandi, minum susu, tidur, makan, dan lain sebagainya.

Setiap Moms memiliki caranya masing-masing dalam mengajarkan disiplin pada anak. Ada yang bersifat otoriter, Moms cenderung penuh kontrol dan bertidak cepat, hanya saja cara ini kurang responsif terhadap anak. Ada juga yang bersifat permisif, dengan memberikan aturan-aturan yang longgar (saat makan, menonton tv, tidur, dan lain-lain) kontrol serta hukuman juga sedikit. Tetapi cara ini membuat si kecil sulit diatur dan sangat bergantung pada Moms. Ada juga yang bersifat autoritatif, dimana Moms memberikan aturan dan saksi tetapi juga mendengarkan pendapat anak terhadap aturan tersebut. Dengan kata lain Moms dan si kecil menyusun bersama aturan yang dibuat.

Disamping tiga cara mengajarkan disiplin pada anak di atas, beberapa Moms baik sengaja maupun tidak pernah mengajarkan disiplin pada anak dengan hukuman. Bentuk hukuman dapat berupa bentakan, marah, teriakan bahkan yang dengan kekerasan seperti memukul, mencubit, dan menjewer. Memang tidak bisa dipungkiri terkadang perilaku anak yang tidak disiplin bisa mengundang emosi Moms. Apalagi jika si kecil tidak mau dengar, nurut, atau malah melawan dengan rengekannya yang tak kunjung henti. Moms sudah pusing dibuatnya sehingga reflek melakukan kekerasan.

Jika dipikirkan kembali, menghukum anak dengan kekerasan memang efektif membuat anak disiplin dan nurut saat itu. Tetapi efek kedepannya bisa berakibat fatal. Jika anak terlalu sering dibentak atau dipukul, si kecil bisa tumbuh menjadi anak yang minder, tertutup, bahkan pemberontak. Si kecil juga bisa menjadi temperamental dengan meniru kebiasaan orang tuanya yang suka membentak.

Seharusnya Moms menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi ketika si kecil dinilai salah atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolak ukur orang dewasa. Ketika si kecil menumpahkan air di karpet padahal Moms sudah beberapa kali memperingati atau ketika si kecil mencoret-coret tembok, sebaiknya Moms menahan diri untuk langsung menggunakan kekerasan. Moms bisa memberikan penjelasan pada anak dengan bahasa yang dapat mereka mengerti mengapa sesuatu itu dilarang. Jangan pernah menggunakan kebohongan, sesuatu yang dibuat-buat, atau dengan cara menakut-nakuti karena kebohongan atau ketakutan itu bisa terbawa hingga nanti mereka dewasa.

Jika Moms pembaca ingin tahu lebih banyak bagaimana cara mengajarkan disiplin pada anak tanpa kekerasan, Moms dapat mengikuti live chat HARI INI ! 28 januari 2014  Pukul 14.00 – 15.30 WIB di https://www.fabmoms.co.id/page/livechatbersama psikolog anak terkenal Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi. Di live chat ini Moms bisa konsultasi permasalahan mendisiplinkan anak dengan solusi terbaik dan efektif. Sehingga si kecil tumbuh menjadi anak yang penurut dan disiplin. Selamat berkonsultasi Moms !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline