Lihat ke Halaman Asli

Masyarakat Pedalaman Meratus Turut Merayakan HUT ke 73 RI

Diperbarui: 17 Agustus 2018   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tidak hanya kalangan masyarakat di daerah perkotaan, suasana peringatan Hari Ulang Tahun ke-73 Republik Indonesia ternyata juga akrab oleh kalangan masyarakat di daerah pedalaman. 

Yakni warga pedalaman di kaki pegunungan meratus, tepatnya di Puncak Calang, desa Kiyu, Kecamatan Batang Alay Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah - HST. Meski dengan fasilitas yang seadanya, upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-73 Republik Indonesia di desa tersebut tidak kalah hikmatnya dengan peringatan di perkotaan. 

Selain penduduk setempat, upacara juga diikuti sejumlah komunitas lingkungan, diantaranya Wahana lingkungan Hidup - Walhi Kalsel, Mapala Kompas Borneo ULM dan Mapala Meratus UIN Antasari Banjarmasin. Menurut Nursiwan - Koordinator Kegiatan, kegiatan ini merupakan tahun kedua, setelah pada 2017 lalu di selenggarakan di lokasi yang berbeda, yakni di Pasar Batu Kembar. 

Sebelum memulai upacara, masyarakat yang mayoritas merupakan kalangan anak-anak terlebih dulu membawa bendera merah putih ke Puncak Calang, yang berjarak sekitar 800 meter jalan menanjak dari desa. 

Kemudian upacara dimulai sekitar pukul 08.00 WITA, dan dilanjutkan dengan berbagai perlombaan berbau edukasi, seperti lomba ketangkasan dan cerdas cermat. Berbagai hadiah seperti buku tulis dan tas diberikan kepada para pemenang, yang berasal dari sumbangan dari sejumlah komunitas.

dokpri

Nursiwan menambahkan. selain bentuk nasionalisme, dibalik kegiatan ini juga tersimpan pesan yang sangat berarti, yaitu betapa berharganya Sumber Daya Alam yang ada di dalamnya bagi penduduk pedalaman. Karena itulah, Ia bersama kawan-kawan membentangkan kain besar di tebing, yang bertulisakan #SaveMetatus. 

Aksi ini merupakan bentuk himbauan kepada masyarakat agar melestarikan dan menjaga daerah tersebut dari berbagai aktivitas yang merugikan penduduk setempat, salah satunya atktivitas pertambangan. (Ju)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline