Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Mansyur

Akademisi dan Praktisi

Kita yang Serba Instan

Diperbarui: 28 Maret 2018   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tipe & karakter alami manusia adalah menginginkan sesuatu yang mudah dan instan, terburu-buru dan kebanyakan enggan melewati sebuah proses. Padahal mestinya proses adalah pembentukan diri yang akan berbuah pengalaman, dimana pengalaman adalah merupakan suatu situasi yang sangat mahal harganya dan bahkan tidak dapat dinilai dengan uang. Pengalaman juga menghasilkan suatu naluri dan akan mempertajam insting yang tentu saja sangat bermanfaat saat dalam kondisi atau situasi tertentu. 

Pada era modern saat ini, yang biasa disebut era 4.0 oleh para ahli. Kemudahan akan segala sesuatu. Misalnya dengan teknologi terkini, kita tidak perlu lagi melakukan transaksi belanja di toko fisik, cukup dengan melalui suatu aplikasi belanja online.,segala kebutuhan kita dapat terpenuhi. Hal-hal yang memudahkan seperti ini mengakibatkan dukungan terhadap tipe dan karakter alami manusia semakin tersalurkan.

Jika kita menolak kemudahan yang diberikan oleh teknologi, ini sama saja dengan menjatuhkan diri kita pada situasi jebakan zaman, yaiti kondisi dimana kita memerlukan teknologi tetapi enggan digunakan, hal ini bisa saja terjadi karena kita beranggapan menggunakan teknologi tersebut berarti kita mengeluarkan dana yang tidak sedikit, atau teknologi tersebut susah digunakan.

Padahal ini sangat erat kaitannya dengan ungkapan struggle for existence, berjuang untuk melek teknologi. Saat ini kita mengalami lompatan teknologi yang luar biasa cepat dan tidak dapat kita tolak, semakin hari teknologi selalu menampilkan hal-hal baru. Namun jangan lupakan reversi, saat perang dunia pertama alat tempur khususnya tank kabarnya menggunakan bahan bakar biomass sebagai sumber energi untuk menggerakkan alat tempur tersebut.

Dengan membakar biomass akan menghasilkan panas/steam yang dapat menggerakkan turbin penggerak roda tank, namun saat itu masih belum efisien. Kini tank modern menggunakan diesel atau gas sebagai bahan bakarnya. Menurut hipotesa saya, beberapa saat yang akan datang teknologi biomass sebagai bahan bakar kendaraan tempur khususnya tank akan kembali digunakan. Namun dengan rekayasa teknologi tinggi agar menghasilkan efisiensi yang besar setara dengan diesel atau gas. 

Teknologi yang semakin memudahkan dan memanjakan kita, bisa saja menjadi bumerang terhadap naluti kita yang menginginkan semua serba instan. Parlu diketahui, penemuan teknologi tidak ditemukan begitu saja, namun melalui proses yang berkesinambungan oleh para ahli. Oleh karena itu, kita sebagai manusia perlu melakukan pembelajaran terhadap proses penemuan teknologi. Artinya, tidak ada penemuan yang instan, melainkan ada proses yang tersistematis didalamnya, dirancang dan direncanakan sedemikan rupa. Proses ini yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita, agar tidak terlena  dengan kehidupan instan.

Syaiful Mansyur

Founder charcoalcenter.org 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline