Lihat ke Halaman Asli

Prihatin dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Satu Atap

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kegiatan belajar mengajar sesungguhnya adalah kegiatan yang menarik jika ada saling pengertian antara guru dan siswa. Dari sisi siswa sendiri, bukankah belajar itu ada sesuatu yang menarik jika dalam diri siswa ada keingintahuan yang tidak pernah padam akan ilmu pengetahuan. Dan dari sisi guru juga betapa bersemangatnya seorang guru membimbing siswa yang demikian.

Belajar itu bukan satu arah saja dengan guru hanya menyampaikan materi pelajaran dan selesailah sampai disitu. Tetapi harus ada reaksi dari siswa sendiri mengenai materi yang diberikan. Reaksi bisa dengan menanyakan kembali atau memberikan tanggapan dan pendapat tentang apa yang dipikirkannya tentang materi pelajaran.

Reaksi dari siswa itu berarti siswa sungguh ingin tahu akan materi pelajaran dan itu bisa muncul dari siswa sendiri jika ada motivasi dan minat dalam dirinya. Melihat kesungguhan siswa demikian, guru mana yang tidak bersemangat dan tertantang. Jika tidak tertantang mungkin jiwa gurunya sudah mulai terkikis habis.

Situasi seperti itulah yang tidak pernah aku dapatkan selama mengajar mata pelajaran bahasa Inggris dan TIK di SMP Satu Atap ini. Selama 5 tahun mengajar rasanya jenuh dan tidak menantang. Sebab dalam diri siswa sendiri kebanyakan tidak memiliki tujuan bersekolah apalagi motivasi tidak ada sama sekali. Mereka tidak mengerti mengapa mereka datang ke sekolah sebab jelas dari pertama masuk saja sudah tergambar dari kelakuan mereka. Mengobrol dengan kawan-kawannya dan ribut mengganggu kawannya sejak guru mulai masuk hingga habis jam pelajaran. Mereka tidak bisa mempertahankan perhatian mereka pada pelajaran dalam semenit saja dan ketika pelajaran berlangsung banyak saja gangguan yang mereka sengaja sendiri. Dibutuhkan kesabaran yang ekstra menghadapi siswa-siswa demikian.

Ada beberapa penyebab mengapa minat dan motivasi siswa begitu memprihatinkan. Masalah bahasa, mereka belum faham menggunakan bahasa Indonesia. Masih banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang mereka belum mengerti artinya sebab mereka sudah terbiasa berbahasa daerah. Jadi ketika si guru mencoba memberi penjelasan tentang materi pelajaran, mereka sama sekali belum mengerti bahkan jika diulang hingga beberapa kali. Ketika si guru memberikan pertanyaan dalam bahasa Indonesia, maka siswa menjawabnya dalam bahasa daerah. Artinya dalam penggunaan bahasa Indonesia sendiri mereka belum bisa.

Jadi dengan kemampuan berbahasa Indonesia mereka yang minim, mereka susah mengerti akan pelajaran dan malu mengatakan jika mereka belum mengerti sebab mereka tidak mau terdengar janggal dalam menggunakan bahasa Indonesia. Mereka biasanya menjadi ribut dengan mengganggu kawannya atau diam termenung tanpa perhatian.

Peran orang tua ternyata juga sangat berpengaruh dalam minat dan motivasi belajar siswa. Dan yang terjadi adalah orang tua tidak pernah perduli kepada anak mereka ketika si anak sudah pulang sekolah. Mereka membiarkan anak mereka pergi kemana saja mereka suka. Dan malah banyak siswa yang sering pulang tengah malam dari kedai kopi. Orang tua tidak pernah memperdulikannya dan membiarkannya saja. Tidak pernah memberi nasehat supaya belajar di rumah dengan giat. Hal ini terbukti ketika memeriksa tugas rumah siswa, banyak yang tidak mengerjakan. Bahkan ada yang 3 tahun di SMP tidak pernah mengerjakan tugas rumah. Orang tuanya ada dimana?

Dengan membiarkan anak mereka melakukan apa yang mereka sukai akan menjadi bumerang bagi orang tua sendiri. Mereka juga tidak perduli pada orang tua mereka. Tidak ada rasa hormat sedikit pun pada orang tuanya. Orang tua dan anak mereka asyik dengan urusan mereka sendiri. Yang menjadi korban adalah anak sendiri sebab mereka tidak memiliki motivasi dan minat belajar. Dan bagaimana mereka bisa menghormati guru yang mencoba membimbing mereka jika orang tua mereka sendiri tidak mereka perdulikan. Itulah yang sering terjadi di kelas, siswa menjadi susah diatur dan suka melawan. Maka tidak jarang terjadi jika guru yang tidak kuat menahan kesabaran dan emosi akan bertindak negatif seperti memarahi dan memukul siswa. Sebab memang kenakalan siswa sudah di luar batas toleransi.

Keadaan siswa yang kehilangan minat dan motivasi siswa membuat proses belajar mengajar menjadi membosankan dan kejenuhan menghadapi siswa demikian wajar terjadi sebab guru adalah manusia juga. Akan tetapi demi kewajiban dan tugas, guru wajib tetap mencoba mempertahankan semangatnya dalam mendidik siswa. Seandainya hanya seorang saja dari puluhan siswa yang mau belajar di kelas, maka guru harus berjuang demi yang seorang siswa tersebut. Jangan hanya karna situasi yang buruk demikian, guru mengabaikan siswa yang memang benar-benar mau belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline