Di sudut kota yang sibuk, hiduplah seorang pemulung bernama Joko. Setiap hari, dengan karung lusuh di punggungnya, ia menjelajahi lorong-lorong sempit mencari barang-barang yang bisa dijual. Kehidupannya yang sederhana namun penuh perjuangan membuatnya menjadi pahlawan tak terlihat di tengah hiruk-pikuk kota.
Pagi itu, Joko memulai hari dengan langkah mantap. Langit masih redup ketika ia mengumpulkan barang-barang bekas di sekitar pasar. Dengan tangan terampil, ia memilah sampah yang masih bisa bernilai. Namun, hasil yang didapatnya tidak selalu cukup untuk menyambung hidup.
Hari itu terasa lebih sulit bagi Joko. Barang-barang yang dijualnya tidak banyak diminati, dan cuaca yang mulai gerimis membuatnya semakin sulit untuk menemukan sesuap nasi. Sambil melangkah dengan hati yang berat, Joko memasuki warung kopi kecil yang dikelola oleh Pak Slamet, pemilik warung yang ramah.
Pak Slamet melihat ekspresi lesu di wajah Joko. Dengan senyum hangat, ia menyajikan secangkir kopi hangat dan sepiring nasi goreng. "Joko, ini untukmu. Teruslah berjuang, teman," ucap Pak Slamet dengan penuh empati.
Joko terkejut dan bersyukur atas kebaikan Pak Slamet. Sambil meneteskan air mata, ia mengucapkan terima kasih. Sarapan sederhana itu menjadi berkah bagi Joko, mengisi perutnya dan memberinya semangat untuk melanjutkan pekerjaannya.
Selama perjalanan harinya, Joko teringat kata-kata bijak neneknya, "Setiap langkah kecil merupakan langkah menuju perubahan. Jangan pernah menyerah." Dengan semangat dan tekad, Joko melanjutkan pencarian barang-barang bekas.
Suatu sore, di antara tumpukan barang-barang yang sebagian besar orang anggap tak berguna, Joko menemukan sebuah barang antik yang jarang ditemui. Matanya berbinar-binar, menyadari bahwa barang itu mungkin bernilai tinggi. Dengan hati berdebar, Joko membawa temuannya ke seorang kolektor barang antik.
Kolektor tersebut takjub melihat temuan Joko. Ia memberikan harga yang jauh melebihi yang pernah Joko bayangkan. Uang itu bukan hanya untuk sesuap nasi, tapi cukup untuk membayar makanan, tempat tinggal, dan sisa-sisa untuk menyimpan.
Joko kembali ke warung Pak Slamet dengan senyum bahagia. Ia memberitahu Pak Slamet tentang keberuntungannya hari itu. Pak Slamet hanya tersenyum dan berkata, "Kebaikan selalu berputar, Joko. Anda memberikan yang terbaik, dan dunia memberikan yang terbaik pula."
Dengan cerita perjuangannya, Joko menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya. Ia memahami bahwa setiap langkah kecil, sekecil apapun, memiliki arti besar dalam perjalanan hidup. Dalam kehidupan yang keras, Joko membuktikan bahwa kebaikan dan ketekunan bisa membawa perubahan, bahkan untuk seorang pemulung yang berjuang mencari sesuap nasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H