Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 34 provinsi. Tidak terbayang seberapa banyak budaya dan adat istiadat yang kita miliki dari setiap daerah yang ada. Ini merupakan potensi yang baik bagi Indonesia untuk mempromosikan budaya nya di kancah internasional, dengan mempromosikan ini Indonesia bisa mendapatkan banyak keuntungan, seperti kenaikan jumlah wisatawan asing yang tertarik dengan Indonesia, lalu dengan memperkenalkan budaya tersebut, tidak akan ada negara yang akan mencuri budaya serta adat istiadat yang kita punya.
Di salah satu provinsi Indonesia ini, ada satu provinsi yang memiliki keunikan dan menarik perhatian saya, yaitu Provinsi Banten dengan Suku Baduy nya. Ada apa dengan Suku Baduy Banten?
Jadi, Suku Baduy ini adalah salah satu suku yang sampai sekarang masih mempertahankan keasliannya. Mereka tidak terbawa perkembangan jaman. Mereka memegang teguh peraturan dari leluhurnya. Mereka menganut ketentuan adat yang biasa mereka sebut dengan "pikukuh" yang berisikan tentang konsep tanpa perubahan apapun atau perubahan sedikitpun.
"Lojor heunteu beunang dipotong, pendek heunteu beunang disambung" yang artinya adalah panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung.
Pikukuh itu berisikan tentang ketentuan adat seperti hal-hal tabu atau pantangan ketat yang harus mereka laksanakan. Hingga saat ini mereka tetap pantang menggunakan sabun, menumpang mobil, mengendarai sepeda motor, tidak beralas kaki kemanapun, tidak menggunakan kaca, tidak bersekolah, tidak menggunakan paku besi, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak beternak binatang kaki empat.
Masyarakat Baduy ini tampil sebagai masyarakat yang mandiri, secara sosial maupun ekonomi. Mereka menanam sendiri, tidak membeli beras ataupun makanan lainnya. Mereka tidak membeli baju, namun menenun kain sendiri. Untuk membangun rumahpun kayunya mereka ambil dari pohon di hutan mereka dengan menebang nya sendiri.
Jika bertani, berladang, dan bertanam mereka tetap melakukannya dengan alami, sesuai dengan pikukuh tersebut. Mereka bertani secara praktis dan sederhana, tidak mencangkul atau bajak tanah, tidak membuat terasering. Mereka merawat padi menggunakan tanaman alami seperti cengkudu, tamiah, gempol, pacing, tawa, dan lajak sebagai pestisida alami.
Suku baduy ini berdomisili di kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten. Mereka menempati beberapa kampung di desa tersebut. Suku ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Baduy Dalam (Etnis Tangtu), Baduy Luar (Panamping), dan Dangka. Dari masing-masing etnis di Suku Baduy ini memiliki ciri khas nya masing-masing. Mereka dipimpin oleh seorang tertua atau biasa dipanggil "puun", orang yang dipilih berdasarkan kemampuannya dan biasanya jabatan puun tersebut dilaksanakan secara turun menurun, tidak harus selalu turun ke keluarga nya sendiri.
Baduy Dalam atau Etnis Tangtu itu adalah suku baduy yang paling ketat dan taat mengikuti adat istiadat dari leluhur mereka. Suku Baduy Dalam ini tinggal di Kampung Cibeo, Kampung Cikartawana, dan Kampung Cikeusik. Ciri khas dari Suku Baduy Dalam ini adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala berwarna putih. Mereka menolak adanya teknologi modern dalam kehidupan mereka, mereka tidak sedikitpun terpengaruh. Mereka sangat memegang teguh tradisi dan patuh pada peraturan adat.
Sedangkan Baduy Luar atau Etnis Panamping ini tidak seperti Suku Baduy Dalam yang sangat taat pada peraturan. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka sudah terpengaruh budaya luar dan kemajuan teknologi seperti penggunaan telepon genggam, tetapi mereka masih patuh terhadap adat istiadat yang ada. Suku Baduy Dalam tinggal di Kampung Cikadu, Kampung Kaduketuk, Kampung Gajeboh, Kampung Cusagu, dan lain sebagainya. Ciri khas dari Suku Baduy Luar ini mereka menggunakan pakaian serba hitam serta ikat kepala hitam.
Dan Etnis Dangka itu adalah Suku Baduy yang tinggal di luar wilayah Desa Kanekes. Mereka tinggal di Kampung Padawaras dan Kampung Sirahdayeuh. Suku Baduy Dangka ini berfungsi sebagai buffer zone atas pengaruh dari luar kepada Suku Baduy.