Lihat ke Halaman Asli

Salma Aulia

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Langkah "Kaki Ayam" Menuju Eksklusivitas: Kisah Nurman dalam Sepatu Kulit Ceker Ayam

Diperbarui: 21 Oktober 2023   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Founder Hirka, Nurman Farieka Ramdhany (kiri),  bersama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (kanan)  (Sumber: Instagram/@nurmanfarieka)

Mengubah Persepsi Mode: Sepatu Kulit Ceker Ayam dari Hirka  

Asia Tenggara menjadi pemasok kulit ular piton yang dipasarkan ke pasar gelap di Perancis, Jerman, hingga Spanyol. Kulit ular piton ada yang didapatkan dari penangkaran komersil maupun perburuan piton liar. China, Thailand, Vietnam telah membuka industri penangkaran piton komersil. Hanya saja di Indonesia maupun Malaysia masih banyak mengandalkan perburuan piton liar.

Indonesia telah menjadi negara eksportir reptil, baik dalam bentuk kulit maupun reptil hidup. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-November  tahun 2022, Indonesia tercatat telah mengekspor reptil ke berbagai negara dengan total berat 171,2 ton bernilai USD 2,61 juta. Negara Amerika Serikat menjadi pembeli terbesar dengan nilai transaksi mencapai USD 1,12 juta.

Kondisi tersebut akhirnya memantik keresahan Nurman Farieka Ramdhany untuk bisa menciptakan produk yang dapat menjaga habitat lingkungan namun dapat bersaing di pasaran.

Nurman akhirnya berdiskusi dengan rekan-rekannya dan akhirnya ditemukan inovasi baru pembuatan sepatu menggunakan kulit ceker ayam pertama di dunia. Dibangunlah brand bernama Hirka untuk memasarkan sepatu-sepatu bermaterial kulit ceker ayam tersebut sebagai main product-nya. 

"Jadi berangkat dari keresahan akhirnya kami dapat menemukan inovasi produk sepatu kulit ceker ayam," ungkap Nurman dalam acara Good Movement Inspirasi dari Kisah Sukses: Membangun Masa Depan Melalui Kewirausahaan Bersama Penerima SATU Indonesia Awards, 2 Oktober lalu.

Perjalanan Nurman dan Hirka

Perjalanan Nurman dimulai di Bandung pada tahun 2015, dimana ia mulai meriset material sepatu hingga distribusi produknya. Di tengah proses riset yang dilakukannya, ia menemukan fakta bahwa banyak produk-produk yang diimpor dari luar negeri dan dipasarkan dengan harga yang terjangkau. Nurman dan tim akhirnya memutar otak bagaimana cara menciptakan produk yang dapat bersaing di pasaran. 

Akhirnya ditemukanlah strategi campaign produk yang menawarkan nilai (value) sehingga membedakannya dari produk lainnya.

"Kami menciptakan value lain dari mahakarya yang bisa dibagikan dan dinikmati banyak orang (sepatu). Value tersebut di-deliver atau dikomunikasikan dengan baik, dimana tidak hanya membicarakan terkait sepatu atau ceker ayamnya saja, namun menambahkan product value lainnya, yaitu exclusivity, luxury, dan eksotisme," ungkap Nurman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline