Lihat ke Halaman Asli

Salma Aulia

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Keegoisan Orangtua yang Ditiru Sang Anak

Diperbarui: 4 Januari 2023   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting Anak (Sumber: pngtree.com)

"Mbak, saya boleh duluan gak? Saya buru-buru ini anak saya udah ga betah sampe nangis."

"Dek, tante boleh ya pinjem mainannya sebentar, kasian lihat anak tante sampai nangis gini, boleh ya?"

Masih banyak ditemui beberapa orang tua yang melakukan mengucapkan kalimat-kalimat serupa baik disadari maupun tidak. Orang tua rela melakukan hal-hal demikian dengan dalih "demi anak" karena mereka ingin dimaklumi dengan perbuatannya tersebut. Padahal hal yang dilakukan oleh orang tua tanpa disadari mengganggu kenyaman orang lain di sekitarnya. Hal inilah yang tanpa sadar pula menjadikan sang anak tumbuh menjadi orang yang egois.

Tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang dan karakternya di masa depan. Pada usia 2-7 tahun inilah anak banyak melihat dan meniru apa yang terindra olehnya, dikarenakan rasa keingintahuannya tinggi juga memiliki pemikiran dan komunikasi yang egosentris, karena berpikir bahwa semua hal yang dipikirkannya cenderung berpusat pada dirinya. Maka dari itu, penting sekali bagi para orang tua untuk memperhatikan stimulasi juga bimbingan terbaik bagi sang anak. 

Albert Bandura dan Richard Walters mengungkapkan pendapatnya terkait perilaku meniru. Menurut mereka, terdapat interaksi antara faktor yang terjadi dalam diri (kognitif) dalam perilaku meniru yang dilakukan oleh manusia. 

Dimulai dari proses perhatian (attention process) yang dipengaruhi oleh asosiasi antara model juga pengamatnya. Setelah proses perhatian tersebut dilewati, maka tibalah di proses selanjutnya, yakni proses representasi (representation process). Proses representasi ini merupakan proses dimana tingkah laku model yang ingin ditiru akan disimbolisasikan di dalam ingatan baik dalam bentuk visual maupun verbal.

Tahap perkembangan sosio-emosional seorang anak pun bersinggungan dengan kajian psikologi sosial. Perkembangannya dipengaruhi oleh kedekatan dan interaksi anak dengan orang tuanya. 

Hal ini dapat menentukan kemandiriannya, juga pembentukan karakternya kelak. Kecerdasan emosional dan psikologi penting untuk dipelajari agar sang anak dapat mengembangkan kemampuan sosio emosionalnya dan memiliki kecerdasan interpersonal yang baik hingga dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dengan baik.

Interaksi sosial anak dimulai dari keluarga, rumah, sekolah dan terakhir di masyarakat. Erik Erikson, seorang Ahli Psikoanalisis menyampaikan pendapatnya terkait teori psikososial. Ia menyatakan bahwa manusia akan selalu mengalami konflik yang berbeda di kehidupannya, dan yang menentukan manusia tersebut dapat mengembangkan karakter positif atau negatif adalah ditentukan dari lingkungan juga pengalaman yang didapat dari konflik yang dihadapi tersebut. 

Maka, interaksi yang dilakukan antara anak dan orang tua sangat intens sehingga menjadikan anak banyak mengalami dan melihat suatu perkataan maupun tindakan yang ditunjukkan orang tuanya dan akan direpresentasikan oleh anak untuk menjadikan orang tua sebagai modelnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline