Lihat ke Halaman Asli

Menanamkan kejujuran sejak dalam kandungan

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kejujuran merupakan hal yang aneh sekarang ini, anak kecil saja sudah tidak tahu arti kata jujur, apakah jujur itu bisa dimakan? apakah jujur itu dapat membuat orang senang? entah mereka tahu atau tidak, yang pasti orang-orang besar negeri ini sudah tidak tahu lagi arti kejujuran, apalagi untuk mereka memahami kegunaan jujur, sepertinya jujur itu hanya sebuah kata tanpa makna tanpa perlu dilaksanakan.
Entah hanya beberapa orang saja di negeri ini yang jujur, sebab tidak ada yang pernah melakukan penelitian tentang jujur ini. Namun ada kalanya kita merasa prihatin dengan kondisi orang jujur di negeri ini, dalam hitungan minggu seorang jujur pasti akan disingkirkan dengan baik oleh kumpulan yang tidak jujur, alasan mereka sama seorang jujur akan membahayakan kepentingan orang banyak. atau orang jujur tersebut akan mengikuti keinginan kelompok yang dimasukinya.
Tugas berat memang untuk menata kembali kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, sedari kecil anak kecilpun sudah dibiasakan atau dipaksa biasa dengan kebohongan, ambil sampel yang paling sederhana saja, bila orang tua lelah dan ingin istirahat maka mereka akan berkata kepada anaknya,"nak, kalau ada orang yg cari, bilang bapak atau ibu tidak ada ya, sedang pergi ke Bandung, kalau ditanya pulangnya kapan, bilang tidak tahu," ini sudah menjadi hal umum di kalangan keluarga tertentu, apalagi keluarga yang mempunyai kehidupan pas di garis kemiskinan.
Sudah sewajarnya kita sekarang semua bertekad, mari kita laksanakan kejujuran dari diri kita sendiri, tularkan ke sekeliling kita, beri contoh kongkrit, jadikan anak yang akan lahir kemudian tidak mampu untuk berbohong, dengan membiasakan memberikan makanan yang halal sejak ibunya mengandung, bisikkan setiap malam di perut ibunya,"nak, kamu adalah orang jujur, kami orang tuamu tak kan rela dunia akhirat jika kamu kadi pembohong, jajikan kejujuran seperti detak jantungmu yang terus berdetak sampai maut menjemput," mudah-mudahan dari anak yang akan lahir kejujuran akan selalu bersamanya.
Akhir kata mudah-mudahan bermanfaat untuk diri saya dan untuk semua orang di dunia ini, amin. Keberkahan hanya darimu Ya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline