Lihat ke Halaman Asli

Parung Panjang yang Kian Merana

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Azan shubuh berkumandang menyuarakan asma Allah yang agung, setiap hari dimulai dengan kebisingan dan persaingan antara pejalan kaki, gerobak, motor, mobil, bis, gerobak, colt diesel, tronton, dumptruk, sesekali long vechicle truk pengangkut beko, dozer, blender raksasa, container dan segala bentuk kendaraan tumpah ruah di jalan parungpanjang / Muh. Toha.

Stasiun kereta yang masih dalam tahap penyelesaian, kereta yang tidak pernah mencukupi kapasitasnya, terminal yang entah ada di sebelah mana, pasar becek, bau, semrawutnya lalu lintas, pelanggaran lalu lintas setiap saat, sopan-santun terkikis, sepertinya tak pernah henti parungpanjang menggeliat.

Letak wilayah yang ada antara perbatasan Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat, antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang, 2 artis yang jadi wakil gubernur sekarang entah tahu atau tidak tentang keberadaan Parungpanjang.

Identitas dobel, triple atau lebih bukan hal yang aneh, KTP hanya untuk keperluan kredit kendaraan atau aplikasi kredit lainnya, premanisme yang katanya diberantas oleh polisi sepertinya tidak tampak di kota ini, atau sudah hal yang biasa saja yang penting tahu sama tahu, pilkada dengan pemilih dari luar daerah jadi komoditi kepala wilayah, apalagi kalu cuma pemilihan kepala desa lebih lagi.

Jalan yang telah rapi setelah idul fitri tahun ini berarti 3 bulan yang lalu saat tulisan ini dibuat mulai kelihatan hasilnya : pecah, bolong, hancur, abu berhamburan, kecelakaan, saling menyalahkan pengusaha dan pemerintah daerah, tinggal kami masyarakat yang telah terbiasa menikmati 1 bulan jalan mulus dan 4 tahun jalan hancur.

Akhirnya kami hanya bisa berdo'a semoga Allah mau membuka hati dan fikiran para penguasa, pengusaha, pemerintah untuk dapat memuat kehidupan kami menjadi lebih baik, terutama sekali anak-anak kami yang akan menjadi penerus bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline