“aah sekarang rugii nabuung dibank, abiis dikenakan fee, jaman dulu enaak dapet bunga”
gerutu nasabah yang merasa kecewa sekarang menabung dibank rugi karena besarnya fee. Seandainya bunga tinggi seperti dulu, mungkin seperti itu gumam deposan yang kecewa karena terus menurunnya bunga tabungan.
Bila melihat dari sejarah pada masa lalu, maka pada masa – masa 90an bunga tabungan dapat mencapai 20%, bahkan saat krisis moneter 98 sampai menyentuh 50% !! Enaaak beneer yaa jaman dulu, tinggal nabung trus ongkang – ongkang kaki, tu duit berkembang biak kemana – mana. Warren Buffet yang dibilang investor legendaris cape – cape baca laporan keuangan tiap ari ampe kacamata tebeel kayak gitu aja rata – rata return nya cuma 15% setahun.
Lalu kalau dulu bunga tinggi, kenapa sekarang harus turun ?
well guys hal yang perlu kita ingat naik turunnya suku bunga bank dikontrol oleh Bank Indonesia. Lalu atas dasar apa BI menentukan naik turunnya suku bunga ? sebagian dari kita tentu sudah tahu, untuk menjaga nilai uang kita tidak termakan inflasi ( kenaikan harga barang tahunan )
terlihat dari chart dibawah betapa miripnya pergerakan suku bunga dengan inflasi. Karena langkah yang dilakukan BI adalah jelas, mengontrol inflasi supaya terkendali.
Sederhananya begini, inflasi tinggi menunjukkan permintaan dan aktivitas ekonomi yang meningkat pesat. Dengan menaikkan suku bunga maka masyarakat akan lebih memilih menabung daripada belanja. Aktivitas ekonomi pun perlahan lahan menurun dan inflasi turun pada akhirnya.
Yang membuat inflasi Indonesia meroket pada 97 – 98 adalah karena jatuhnya mata uang rupiah, sehingga harga barang – barang impor meningkat sedemikian mahal.
Kalau gitu inflasi aja, biar bunga deposito tinggi. Mungkin gitu kali yaa enaaknya
Sayangnya ga gitu guys. Inflasi yang tinggi diatas 10% itu sudah merupakan indikasi yang tidak sehat. Memang keliatannya enak kita nabung dibank nilainya naik pesat, tapi toh ketika kita belanja, harga barang naik lebih tinggi, jadi buat apa ??