Lihat ke Halaman Asli

Slamet Samsoerizal

Fiksi dan Nonfiksi

Bungkuknya Si Udang (Bagian 2)

Diperbarui: 10 Agustus 2022   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Bagian 2)

Rajawali tidak tahu lagi harus mencari ke mana. Ia frustasi. Tapi mau apa lagi? Ia sudah telanjur terbang dan kini berada di tengah samudra pula. Mau istirahat di mana?  

Nanar matanya yang cerlang mencari-cari Rest Area atau tempat rehat. Kalau disini ada hotel berbintang-bintang, tak apa. Pasti akan kusewasehari semalam. Lumayan buat selonjoran. 

Tiba-tiba, dilihatnya ada dua menara menjulang. nalurinya mengatakan, skuy capscus dan hinggap di dua bentuk menjulang tersebut.

" Eits,  siapa ini yang berani nangkring di sungutku?" bentak sebuah suara dari dalam laut. Rajawali sontak melesat keudara.

"Gile lo, sungutnya saja segede tiang pancang jembatan layang tol. Apalagi  tubuhnya"  pikir Rajawali sambil terus mengepakkan sayapnya terbang entah kemana.  

"Hhahaha ... dasar burung pengecut. Baru dengar suaraku saja sudah kalang kabut.  Hooo ... hooo ... hoo ternyata hanya akulah binatang yang paling perkasa di bumi ini"  sombongnya.

"Eh, belum tentu ... belum tentu sahabat. Masih ada lagi yang lebih perkasa dari kamu. Jangan pongah dulu" ujarsi Camar yang sejak tadi menyimak  gumaman mahluk bernama Udang.

"Jangan sembarangan mengumbar kosakata kau!"

 "Tenang ...tenang, bagaimana kalau kita buktikan, bahwa  kau bukan mahluk  Perkasa itu wahai Udang."

"Nah, berenanglah. Maaf maksudku menyelamlah ke timur sana! Di sana ada makhluk yang lebih gagah perkasa dan lebih hebat daripada kamu. Menurut mitos dunia fabel,  ototonya terbat dari kawat. Tulangngnya heavy metal. Pokoknya oke banget dah" ujarsi Camar memanas-manasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline