KOPLAK itu serius. Serius itu koplak. Itulah stigma logika alu --yang walau atas bawahnya tumpul tapi mampu memberi tafsir sekaligus manfaat. Sebagai saudara kembar kandung koplak atau humor menjelma menjadi beragam teks. Ia berupa naskah drama, skenario sinetron, cerpen, novel, obrolan di warung sampai caf, hingga puisi atau sajak.
Oleh karena serius, ia ditulis dengan dahi berkerut ketika menuangkannya dan disampaikan secara lisan tanpa cengengesan. Apalagi cengarcengir. Murni serius! Dalam trend Stand Up Comedy ala kini, sang komik bahkan menyampaikan sesuatu yang berefek gerr, dengan prosodi dan gestur yang memukau penonton.
Pengoplak yang Penyair
Selain serius, koplak tidak dilontarkan asal njeplak. Ia beretika, karena komunikasi yang tercipta tentu tidak dalam kerangka saling menyakiti. Pengoplak yang penyair lebih meniatkan pada segi kemanusiaan yang kadang penuh paradoks, dan ironi sekaligus menghibur dengan tutur yang tidak ngawur.
Penyair yang pengoplak dan pengoplak yang penyair sekaligus, sadar akan hal tersebut. Itu sebabnya, spontanitas dan kreativitasnya membuncah ketika bersinggungan dengan kehidupan. Perhatikan dua puisi berikut.
PARMI DAN PARMO
Parmi asal Kaligangsa
Parmo asal Kaliwungu
Mereka bertemu di Kalijodo
Bercumbu berkali-kali