SIAPA pun yang menyebut SCBD, akan terlintas tentang kawasan bisnis yang terletak di Jakarta Selatan. Tak keliru. SCBD adalah kepanjangan dari Sudirman Central Business District yang merupakan kawasan bisnis yang meliputi gedung perkantoran, kondominium, hotel, dan juga ada pusat belanja serta hiburan.
Namun, membaca dan memirsa berita sebulan terakhir ini, SCBD mendadak punya sebutan lain. Fenomena SCBD? Ya, julukan tersebut belakangan ini kondang, tersebab maraknya muda-mudi yang berkumpul di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat sambil mengekspresikan diri lewat pamer "Citayam Fashion Week".
Kawasan niaga terpadu ini mendadak viral menjadi ajang aksi busana para remaja yang datang dari daerah penyangga Jakarta seperti Citayam, Bojong Gede dan Depok. Bahkan, singkatan SCBD bukan lagi untuk Sudirman Central Business District melainkan remaja Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok.
Fenomena SCBD pun beralih menjadi "Citayam Fashion Week." Pemandangan remaja dengan busana ala kadarnya ini bisa ditemukan dari Stasiun Sudirman, Terowongan Kendal, hingga Stasiun MRT Dukuh Atas Jakarta Selatan.
Merangsek
Awalnya "Citayam Fashion Week" hanyalah konten di media sosial TikTok. Dalam unggahan tersebut, mereka menampilkan sosok remaja sedang kongkow dengan teman-temannya di sekitar Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Selatan.
Mengutip dari situs Antara, keberadaan "Citayam Fashion Week" atau CFW menjadi sarana anak muda asal SCBD (Sudirman, Citayam, Bogor, dan Depok) untuk mengekspresikan kreativitas fesyen mereka. Keviralan tersebut membuat enam daerah di luar Jakarta terinspirasi dengan ajang fesyen ini.
Keenam daerah yang tertular virus CFW adalah Medan, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bandung. Secara umum, suasana yang ditampilkan tidak jauh berbeda dengan CFW.
Menarik mencermati fenomena tersebut dengan apa yang disampaikan Malcolm Gladwell, dalam bukunya Tipping Point. Konsep dari Tipping Point adalah sesuatu yang pada awalnya sederhana, remeh, kecil, dan dianggap biasa. Namun, seiring lajunya waktu: entah bagaimana, dengan cara apa, serta merta membuat perubahan dengan cara menular seperti virus.
Hukum tentang sesuatu yang serba sedikit, menurut Gladwell, juga bekerja dalam kasus epidemi sosial. Di era serba digital kini, semua bisa terjadi dalam waktu singkat. Masa ketika komunikasi antarmanusia dijembatani oleh media teknologi digital yang masif, penularan cepat makin menjadi-jadi, mirip epidemi.
Peran media sosial dalam hal ini dampaknya tidak dapat disangsikan. WhatsApp, Tiktok, Twitter, Facebook, Telegram adalah keniscayaan beberapa nama yang banyak dimanfaatkan pengguna internet warga +62.