Lihat ke Halaman Asli

Slamet Riyanto

Tertarik dengan dunia puisi, ekonomi, dan teknologi.

Rintihan Pemuja Kenikmatan

Diperbarui: 6 Juni 2019   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hembusan angin malam yang terasa sangat dingin dan semakin menusuk tulang, membuat diriku ingin pulang, wajahku kusentuh dan terasa semakin kasar.. tidak selembut waktu muda, tak kusangka waktu begitu cepat meninggalkanku, .. ingin rasa hati ini bertahan dan terus berjalan menyusuri jalan, tapi mau bagaimana lagi tubuhku sudah rapuh... tertiup hempasan angin kecil saja, nafasku sudah sesak.. oh, Tuhan.. mengapakah kau berikan kepadaku tubuh dengan usia yang singkat, tidak sepanjang angan dan mimpiku.. ketika mataku sudah rabun, telingaku sudah tuli, lidahku sudah tidak bisa merasakan manis dan pahitnya rasa, masih kau berikan pikiran dan angan -- angan yang semakin melayang..

Kupikir semua ini adalah milikku selamanya, cantiknya istriku.. menariknya wanita simpananku.. mewahnya kendaraanku... luasnya tanahku.. ternyata, hanya sebatas usiaku.. lebih naasnya lagi hanya sebatas kemampuan tubuhku merasakan.. masih ingat jelas dalam benakku, segala upaya yang telah aku usahakan untuk meraih itu semua.. dari cara yang normal.. jegal menjegal.. hehhmm... tapi, menariknya lagi, aku baru tersadar setelah tubuhku tidak normal lagi... hehmm...  setiap aku melihat wajahku dicermin, seakan aku tersadar.. masih adakah waktu untukku ??




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline