Lihat ke Halaman Asli

Slamet Arsa Wijaya

Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Meski Dimangsa Terik Ceria Wajahmu Tak Luruh

Diperbarui: 15 Desember 2020   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pikiran-Rakyat.com

Senyum yang kau serukan saat ini digerakkan langit. Di tengah pancuran terik nan deras, ceriamu tetap tumbuh meski mentari pas di atas ubun ubun. Mereka menanti secercah kehidupan dari sedikit kemurahan.

Di teras lumbung duit itu, hidupmu diharap kembali bangkit, dari kering hisapan pandemi. Sengal-sengal nafas para marjinal sejenak disegarkan. Tangan guritamu penguasa sedang menjamah berikan faedah.

Di teras lumbung uang tanpa pohon penghijau, secercah harapan akan dipegang. Atas kemurahan langit meluncurkan donasi. Diharap usaha mikro tak terus-terusan lokro. Tetapi tumbuh hijau royo royo.

Semoga nanti datangnya lagi di tempat ini, kau berganti simpan duit, tuk langgeng makmur hari esok. Bila hadirmu sudah berdasi segan terik mengusilmu. Karena bajumu telah berpendingin dari saku sakunya.

Kaca keadilan menayangkan gambar tanpa editan. Sama-sama tamu beda kasta. Beda pula sambutan. Tak perlu bikin atap di muka kaca kaca teduh. Mereka dibiarkan cari kenikmatan sendiri. Dalam terik menahan resah, dalam resah karena basah oleh sapaan hujan melata jelang sare.

Akhirnya keriangan sesungguhnya tumpah, wajah semringah keluar dari antrian melelahkan. Pulang bersaku dua setengah juta kurang seratus. Asa mereka direntang untuk kembali jadi pemenang, sesuai asa sang penguasa.

*******

Babelan, 15/12/2020.

#esawe.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline