Lihat ke Halaman Asli

Slamet Arsa Wijaya

Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sebelum Ada Matahari, Kejora Lebih Dulu Menerangi Bumi

Diperbarui: 27 Oktober 2020   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS.com/MARKUS MAKUR

Di tengah deburan ombak bengis kau tak henti menganyam asa. Di antara buih-buih yang pecah jadi darah, gelombangnya pelan-pelan kau renda. Dihadang kabut egoisme tetap kau tambang pernak-pernik permata. Dalam kekaukan komunikasi kau lentur, cakap, tegar suarakan cita-cita

Di terik siang ketatnya cengkeraman buas, kau berenang ketepian dan bijih-bijih mutiara telaten disatukan. Di bawah pohon besar yang dihuni gagak-gagak galak, kau membakar tekad gapai harapan. Optimisme sejuknya mahameru dapat mengaliri setiap nurani hasil menundukkan penjajah, jadi mimpi besar. Hari depan, esok digenggam penuh manusiawi.

Kejora-kejora muda terus kilatkan cahayanya di hitam langit yang pekat. Kau tetap sematkan semburat gadingnya. Meski belum mempunyai wajah berseri, di dada sorotkan cahaya ke seluruh penjuru dunia. Ikrarkan tiga tonggak sejarah yang tak lekang dan lapuk dikerut masa.

Senyum cemerlang menembus langit jauh ketinggian dalam rona. Kau leluasa getarkan masa yang berkabut tebal. Kau tetap tebarkan jala cari pengaruh dunia. Berikrarlah muda-mudi pertiwi penuh berani.

*****

Bekasi, 27/10/2020

#esawe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline