Saat kejora berganti fajar, adalah estafet anugerah yang tiada jeda. Kasat mata bulan meredup cahayamu bintang pun sama. Sejatinya kau sedang menunduk sujud atas pagi, dari sepanjang malam mengangungkan generlap semesta. Damai berjubah kabut kabut dan wajah kemilau terbasuh embun bening. Seiring lambaian sapa bintang-bintang di langit pamit ke keperaduan.
Bergilirlah daun-daun bersujud mengagungkan asmaNya. Seperti rutinitas para sufi dan santri santri bagai kunang kunang bertebaran sambut fajar. Tapi di hatimu tlah mekar puspa kusuma wanginya surgawi dan tenangkan rasa. Lalu berduyun-duyun sambut karuniaNya ke masjid dan mushala mushala.
Seyogyanya kita bergilir mencerahkan dunia dengan cahaya batin. Mampu bercermin rembulan tanpa pamrih tunaikan bakti menerangi hingga ke celah celah dan lorong lorong sunyi menjadi benderang. Janganlah kita abai kepergian bulan yang berganti mentari, selayaknya jiwa terjemahkan makna karunia dalam keseharian.
Bintang rembulan telah khusuk ibadah tanpa meminta balas keringat, dan mereka terbebas dari kegelisahan diri. Mari berganti tugas makmurkan tempat ibadah seperti purnama yang tidak mengenal awal dan akhir selalu kemilau. Pertahankan semangat berjamaah kan makin terang di rongga rongga kalbu. Terus berzikrullah raih kesejukan bersanding kembang kembang bermekaran.
*****
Bekasi, 240920.
##Slamet Arsa Wijaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H